Sabtu, 13 Maret 2010

AYUB dan KELUARGANYA

Telaah:Ayub 1:1-5; 2:9-10

Bagaimana Profil Kehidupan Ayub dan Keluarganya?
Pertama, Ia hidup berkenan di mata Tuhan. Ayub sosok pribadi yang berkenan di mata Tuhan. Mengapa? Karena dia hidup dalam iman dan ketaatan kepada Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa Ayub hidup saleh, benar, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan serta selalu mempersembahkan korban bakaran sebagai ucapan syukur kepada Tuhan (ay. 1, 5).
Kedua, Ia hidup bertahan dan menang terhadap ujian iman. Ayub bukan sosok pribadi yang gampang menyerah, gampang bersungut-sungut dan menyalahkan Tuhan. Imannya bukan iman kerupuk yang sepintas kelihatannya besar, namun gampang retak menciut tatkala terkena air dan tekanan. Juga bukan iman tahu yang gampang hancur tatkala dipencet. Sebagai contoh: meskipun 10 anaknya mati, seluruh hartanya diambil, ia tetap bersyukur dan memuji Tuhan, sambil berkata, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang member, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan” (ay. 21). Ketika kesehatannya direnggut darinya, ia tetap tidak menyalahkan Tuhan. Bahkan tatkala istrinya menyuruh dia untuk mengutuk Tuhan, ia tetap tidak bergeming dengan komitmen iman dan kesetiaanya kepada Tuhan dan berkata, “Engkau bicara seperti perempuan gila. Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (Ayb 2:10). Meskipun diuji bertubi-tubi, ia tidak mengalami dekadensi iman dan kesetiaanya kepada Tuhan tetap teruji. Ia memiliki komitment iman: Sekali ikut Tuhan tetap ikut Tuhan sampai mati (Why. 2:10). Apa rahasia kemenangan Ayub menghadapi ujian iman? Ia back to basic bukan bersandar kepada harta kekayaannya, juga bukan kepada hikmat dan kepintarannya, tetapi hanya kepada Allah dan firman-Nya.

Berkat dan segala kelimpahan hidup membuat manusia nyaman dan menikmati hidup jika dalam keadaan seperti ini manusia beryukur pada Tuhan serta memiliki kesalehan adalah hal yang wajar. Sebab kehidupan yang mapan dan serba kecukupan dalam materi membuat kebanyakan orang tidak perlu terlalu kuatir dan cemas. Apalagi ditunjang dengan memiliki kesehatan yang baik, keluarga yang bahagia membuat banyak orang mudah bersyukur kepada Tuhan. demikian juga kelancaran demi kelancaran dalam usaha dan pekerjaan yang selalu dialami membuat manusia bisa menikmati hidup. Tetapi bagaimana jika sebaliknya yang terjadi kita mengalami kemiskinan, selalu menghadapi kesulitan hidup yang terus menerus, keluarga tidak harmonis, apalagi kesehatan sering terganggu apakah kita masih mampu bersyukur kepada Tuhan terlebih tetap setiap beribadah kepada Tuhan. keadaan seperti ini membuat kita lebih gambang menyangkal Tuhan dari pada setia pada Tuhan.
Kondisi seperti ini cukup banyak terjadi di jemaar Tuhan, sebab pengenalan kita kepada Allah hanya sebatas berkat dan kebaikan yang kita terima. ketika semua berkat dicabut dan kesulitan demi kesulitan terus terjadi sulit bagi kita untuk menyembah bahkan mengenal Allah.
Iman Ayub tidak tergantung dengan segala sesuatu yang melekat dalam dirinya, imannya adalah iman yang murni tulus dan konsisten. Hal ini teruji ketika dia tidak mendapatkan semua yang pernah dia miliki, kekayaan yang melimpah, anak-anak yang baik demikian juga kesehatan yang baik. Ketika semuanya dicabut imannya tidak juga tercabut, sebab Ayub memiliki iman dan kesetian kepada Allah tidak tergantung pada semua itu. Semua kekayaan yang dimiliki adalah bonus dari Allah, pengenalannya kepada Allah jauh melampaui dari semua harta yang dia miliki. Kiranya Ayub menjadi teladan hidu bagi setiap jemaat Tuhan pada masa sekarang ini dalam memiliki iman dan pengenalan kepada Tuhan.

Kesadaran bahwa semua yang kita punya adalah anugrah Tuhan akan membawa manusia tidak terpaku dan bergantung mutlak pada yang kita miliki. Konsep hidup Ayub ada pada bagian ini, sehingga di dalam hidupnya Ayub memandang segala sesuatu yang ia punya adalah kemurahan dan titipan Tuhan. Cara pandang demikian membuat Ayub memberikan korban bakaran kepada Tuhan, agar anak-anaknya tidak dimurkai Allah. Ayub menjadi imam bagi anak-anaknya. Pada waktu istrinya mempunyai konsep yang salah tentang Allah sekali lagi Ayub menjalankan fungsinya sebagai suami dan kepala keluarga sehingga Ayub mengajar istrinya mengenai Allah yang di tempatkan pada posisi yang seharusnya. Dan ketika semua yang Ayub punya termasuk kesehatannya “dirampas” dan hartanya habis dalam jangka waktu yang pendek, sekali lagi Ayub memperlihatkan pengenalannya kepada Allah yang begitu dalam “TUHAN yang memberi TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN”. Ayub memberi teladan yang sangat indah dalam hidupnya. Waktu semua berjalan lancara Ayub mengingat dan menyembah Tuhan namun saat jalan hidupnya begitu sulit dan menyesakkan dada Ayub pun tetap percaya dan menyembah Tuhan.

Ayub dan keluarganya adalah keluarga yang ideal, karena Ayub mempunyai keluarga yang harmonis, anak-anak saling mengasihi, saling memperhatikan, saling menghargai, mereka mengadakan pesta dirumah mereka secara bergiliran, dan saudara perempuan mereka juga diundang (1:4). Ayub sebagai kepala keluarga berfungsi sebagai imam, dia memperhatikan kerohanian anak-anaknya dengan mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah anaknya buat pengampunan dosa yang mungkin dilakukan anak-anaknya (1:5). Ayub juga mempunyai harta yang berlimpah (1:2), Ayub menjadi pengajar yang baik, memperhatikan, menguatkan orang yang susah dan kata-katanya mengokohkan yang lemah (4:3-4). Ayub seorang yang kokoh dalam iman, ia bukan saja mengerti Firman Tuhan tetapi juga mempraktekkan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Allah memberi bukti akan sifat Ayub sebelum masa-masa pencobaan datang bahwa ia adalah seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1,8,2:3).
Kemudian malapetaka menimpa Ayub dan keluarganya, sehingga keluarga yang ideal dan harmonis, berubah seketika menjadi keluarga yang paling malang. Semua terjadi karena Allah mengizinkan iblis untuk mencobai Ayub dan hal tersebut dijadikan Allah sebagai ujian bagi Ayub. Ujian tersebut mencakup segala bidang antara lain:
1.Dalam Bidang Ekonomi
Seluruh kekayaan yang telah dikumpulkan Ayub bertahun-tahun musnah dalam waktu sekejap mata. Allah membiarkan iblis merampok harta Ayub , dimana iblis memakai orang-orang Syeba merampok, dan bukan saja merampas tetapi juga membunuh para penjaganya ( 1:15). Kemudian memakai orang-orang Kasdim merampok untanya dan membunuh para pelayannya ( 1:17). Iblis juga menurunkan api dari langit membakar seluruh kambing dombanya dan membunuh pelayannya (1:16). Seluruh harta benda Ayub habis dalam waktu yang singkat.
2.Dalam Bidang Rumah Tangga
Keharmonisan rumah tangga Ayub dihancur, anak-anaknya mati seketika dengan iblis mendatangkan angin ribut yang merobohkan rumah dan menimpa mereka (1: 18-19)
Istri Ayub yang sebelumnya tidak pernah kedapatan cela, tetapi sesudah malapetaka yang menimpa mereka, mulai berubah dengan menyuruh Ayub mengutuki Allah dan menyumpahi Ayub supaya mati (2: 9).
3.Dalam Bidang Jasmani
Ayub bukan hanya hilang harta dan keluarganya, tetapi juga kesehatannya, dia ditimpa dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. Jenis penyakit kulit ini tidak memberi kesempatan untuk Ayub mengadakan perjalanan kemanapun juga sebab sangat menderita dan ini dibuktikan dengan solusi menggaruknya dengan beling (2:7-8).
4.Dalam Bidang Sosial
Kesalehan dan kekayaan Ayub membuatnya menjadi orang terhormat dikalangan warganya dan teman-temannya, namun setelah terjadi malapetaka mereka menuduh ada kecurangan dan dosa sehingga Ayub mengalami celaka. Para pengawainya tidak lagi menghormati dan mengindahkan Ayub. Teman-temannya menyalahkan Ayub, kecuali Elihu yang mengerti dan merasakan penderitaan Ayub.
5.Dalam Bidang Mental
Secara Mental Ayub mengalami kekacauan, ia tidak mengerti mengapa dia menderita sebab ia tidak menemukan kesalahan dalam dirinya. Dia mengalami tekanan mental yang luar biasa dengan kehilangan semuanya dalam waktu yang singkat sendirian. Ayub dari konglemerat menjadi melarat, berpenyakitan dan kesepian karena tidak ada yang mengerti penderitaannya.
6.Dalam Bidang Emosional
Kehidupan Ayub berubah secara tiba-tiba, dari hidup berkelimpahan menjadi kekurangan, dari keluarga yang harmonis menjadi seorang yang ditinggalkan sendiri. Dari orang yang dihormati menjadi orang yang dicemooh. Ayub menjdi stress bahkan depresi berat sehingga ia mengutuki hari kelahirannya.
7.Dalam Bidang Rohani
Persekutuan dan kearapan dengan Tuhan, dimana Ayub dapat berdialog dengan Tuhan, ternyata juga mengalami masalah. Pada waktu manusia tidak dapat menjadi sandaran, maka Tuhan menjadi tempat sandaran yang terbaik. Ternyata persekutan yang indah tidak lagi dirasakan, Tuhan brerdiam diri, sehingga habislah pengharapan dari Ayub. Ternyata Ayub tetap setia dan akhirnya Allah menyatakan diri dan mengembalikan semuanya dua kali lipat dari sebelumnya.

Dalam Kitab Ayub ada 3 issue:
[A] Apakah benar orang percaya karena berkat? Atau Apakah orang beribadah karena diberi perlindungan?
[B] Mengapa orang baik tapi menderita?
[C] Orang yang menderita belum tentu dari Tuhan.
Ayub kemungkinan hidup sezaman dengan Abraham. Ia saleh, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Kesalehannya tak diragukan. Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga ia memperhatikan kerohanian anak-anaknya.
Ayub menderita. Ini suatu yang sangat dramatis dan mendadak. Kekayaannya dan keluarganya meninggal. Tapi, ia menyadari bahwa kekayaan bukan segalanya, tapi suatu bonus. Karena ia yakin bahwa semua yang dari Tuhan adalah yang terbaik.
Ayub tak tahu bahwa di belakang semua ini ada serangan dari Iblis yang ingin mencelakakan dirinya. Ia masih bertanya-tanya. Tapi, ia menunjukkan imannya dalam kesulitan ini.
Ayub dibela oleh Tuhan. Ia bisa melewati kesulitan ini. Allah memulihkan keadaannya.

1.Ayat pertama sudah diperkenalkan bahwa Ayub adalah orang saleh, jujur dan takut akan Tuhan.
[A] Ia saleh pada waktu kaya. Banyak orang kaya tidak saleh tapi sombong.
[B] Ia kaya, tapi tidak sibuk yang lain-lain, tapi ia menjadi imam bagi keluarganya.
[C] Ia membawa keluarganya menyembah Allah. Pagi-pagi Ayub sudah mempersembahkan korban, jadi Ayub berpusat pada Tuhan. Anak-anaknya melihat kerohanian ayub.
2.Penderitaan Ayub tidak menghilangkan kesalehannya.
[A] Istrinya menyuruh ia menyangkal Yesus.
[B] Kawan-kawannya juga meninggalkan / menghina Ayub.
[C] Bahasa yang dipakai selalu berpusat pada Tuhan. Misalnya: Dengan telanjang, . . .
3.Penderitaan adalah sarana Allah berbicara.
[A] Allah sulit diprediksi. Seluruh konsep orang beragama berkata orang saleh, akan mendapat berkat. Tapi, dalam kisah Ayub, hal itu tidak berlaku.
[B] Allah memakai penderitaan untuk membentuk karakter Ayub. Oscar Wilde mengatakan bahwa penderitaan adalah ladang yang paling subur untuk membawa Allah berbicara.
[C] Penderitaan membawa Ayub menjadi lebih mengenal Allah. Ayub berkata, ‘Hanya kata orang saja . . . (Ayub 4). Relasi dengan Tuhan lebih penting dari segalanya. Bukan kegiatannya, tapi relasinya. Orang yang banyak kegiatan, belum tentu memiliki relasi yang baik dengan Tuhan, malahan mungkin ada akibat negative dari kegiatan yang banyak, tapi tak ada relasi dengan Tuhan.
Orang yang percaya belum tentu tak mengalami penderitaan. John Piper mengatakan, “Kalau hari ini kau tak menderita karena Tuhan, maka imanmu harus dipertanyakan, apakah benar engkau percaya pada Tuhan.”

Kondisi keluarga pada zaman sekarang. Dimana selingkuh itu sesuatu yang biasa. Dulu selingkuh itu tabu dibicarakan, tapi sekarang sudah menjadi hal yang umum.
Istrinya tak tahan menderita. Ada hukum tabur tuai, kalau seseorang menabur yang baik, maka ia pasti menuai yang baik dan sebaliknya. Ayub orang yang saleh, tapi waktu penderitaan datang, maka istrinya mencela dia. Apakah hukum tabur tuai itu mutlak? Apakah orang tua yang baik, pasti anaknya baik? Di sini kita melihat peran Ayub sebagai ayah sudah maximal. Kerohanian seseorang tergantung diri masing-masing.

Ayub sudah menjadi imam bagi anak-anaknya. Kita tidak tahu jelas mengenai anak-anaknya. Tapi, di sini, kita melihat istrinya mengatakan hal yang tak terpuji. Di sini kita melihat kualitas iman dari istri. Ini tantangan untuk wanita, karena wanita sangat rentan untuk harta. Kalau bukan harta, mungkin anak-anak. Harta dan anak-anak sering menjadi berhala bagi wanita.

Kalau dikaitkan dengan bulan keluarga. Orang tua harus memberikan waktu dan perhatian mengenai kesejahteraan rohani dari anak-anaknya. Bukan hanya materi, tapi juga rohaninya. Bagaimana kelakuan, gaya hidup mereka.
Ayub memberikan teladan yang baik. Itu lebih penting dari materi. Kalau keluarga hamba Tuhan memiliki keturunan yang tak saleh, itu teladan yang kurang baik. Jadi, apakah hamba Tuhan sudah memprioritaskan keluarganya, bukan hanya pelayanannya.

Ada teka-teki. Binatang apa yang pertama dibuat? Binatang apa yang paling kuat? Kuda nil adalah mahluk pertama yang dibuat. Buaya adalah yang paling kuat (Ayub 40:14). Kuda nil sangat kuat walau makan rumput. Ototnya berpilin-pilin. Buaya kulitnya seperti perisai.
[A] Ayub menguduskan anak-anaknya, berkaitan dengan pesta.
[B] Istri Ayub mengalami suatu pressure yang sangat berat. Waktu kehilangan 10 anak, ia sangat terpukul. Karena ia yang
[C] Pencobaan selalu ada dalam dunia. Orang bisa survive dalam pencobaan adalah orang saleh, jujur, menjauhi kejahatan (v 1).
[D] Penyembahan yang sehat. Keluarga yang harmonis. Iman adalah sebuah kekuatan, pemulihan, kemenangan yang dibutuhkan dalam hidup.
[E] Ayub orang yang dibanggakan Tuhan. Kalau Tuhan memiliki kita, apakah Tuhan bangga?

Di belakang sukses suami ada istri yang mendukung. Kekayaan Ayub karena didukung istri. Istri Ayub seperti yang dikatakan dalam Amsal, pagi-pagi bangun, mendukung, dll. Tapi, penderitaan istri Ayub luar biasa. Maka ia tak dikasih penyakit lagi. Jangan dianggap istri jelek, hanya karena 1 perkataan itu, lalu semua kebaikan belasan tahun istri Ayub lalu lenyap. Melalui kisah ini, kita belajar, bahwa hidup pasti ada masalah, maka harus siap hati (siap mental). Jadi, kalau miskin, harus bagaimana. Anak-anak harus dididik bagaimana menghadapi kesulitan. Maka ibu Rika suka menceritakan kisah dari keluarga-keluarga untuk anaka-anaknya.

Peranan seorang pria sangat vital untuk keluarga yang diberkati Tuhan. Namun seorang laki-laki paling banyak mengalami tantangan dalam hidup.
[A] Ketaatan kepada Allah menyebabkan kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup Ayub.
[B] Ia membentuk diri menjadi seorang yang berintegritas. Dalam pencobaan, ia tetap setia. Pencobaan yang paling besar dihadapi Ayub, bukan istrinya. Ialah yang sakit, dll. Ia dicobai segala-galanya. Imannya naik terus. Ayub mengalami “Clash” dengan istrinya. Tapi, ia bisa tetap mengasihi istrinya.
[C] Ia memandang diri di bawah kedaulatan Tuhan. Manusia melihat hidupnya sepotong-sepotong. Ayub melihat secara menyuluruh. Kalau ada orang yang susah dulu, baru kaya, maka ia akan membuat orang lain susah dulu, sebelum kaya / senang. Ia berpikir itu sebagai sebuah keadilan. Ia tak membuat susah orang.
[D] Ia sukses sampai keturunan ke 4. Banyak orang hanya sampai 3 generasi.

Teman-teman Ayub mewakili asumsi pandangan orang mengenai penderitaan. Misalnya Elifas mewakili orang yang berpandangan hukum tabur tuai (Ayub 4:7-8).
Bildad mewakili orang yang berpandangan bahwa penderitaan orang tua karena dosa anak-anaknya (8:4-6).
Jofar mewakili orang yang berpandangan bahwa penderitaan karena dosanya sendiri (11:4).
Tatkala kita mengalami kesulitan, kita sering mencari orang lain / teman untuk minta nasehat. Tapi, ada kalanya teman bukan membuat masalah selesai, malah makin rumit.

[A] Orang saleh bisa kaya. Bahkan menjadi yang paling kaya. Mana duluan, saleh dulu atau kaya dulu? Ayub saleh dulu (v 1), dan ia dipercaya kaya.
[B] Orang saleh tidak anti bekerja. Orang saleh tidak kehilangan focus antara bekerja dan rohani. Orang saleh bisa menjadi teladan dalam dunia pekerjaan.
[C] Orang kaya bisa saleh. Kesalehannya diakui Tuhan. Kesalehannya komplit: saleh+jujur+takut akan Tuhan+menjauhi kejahatan. Ke 4 hal itu dipertegas dengan istilah “Dan.” Saleh dan jujur dan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Maka dikatakan dalam KJV, bahwa ia orang perfect (v 1). Satu-satunya orang yang “Perfect” yaitu Ayub.
[D] Kesalehannya diuji oleh penguji yang berat, setan. Ujian yang terberat adalah dari istri, orang yang paling dikasihinya.
[E] Orang saleh bisa punya keluarga yang saleh. Bukan hanya untuk diri, tapi juga untuk keluarga. Bapa tidak lupa ajar anak, secara khusus kerohanian anak-anak. Walau anak-anak sudah besar, tapi masih berpengaruh dalam keluarga anak-anaknya. Urusan kerohanian tak pernah selesai. Jadi, kalau ada pertemuan keluarga, bukan hanya urusan social, atau makan-makan, tapi urusan kerohanian.

Ayub adalah contoh figur yang berhasil dalam hidup secara jasmani dan rohani. Secara jasmani, pertama, ia punya keluarga yang ideal. Punya tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan adalah tanda diberkati (tujuh dan tiga adalah angka istimewa bagi bangsa Yahudi). Kedua, ia kaya. Hartanya banyak. Kekayaannya dijelaskan sama dengan penjelasan untuk leluhur Israel, dengan penekanan pada jumlah binatang dan hamba (bdk. Abraham, Kej 12:16). Lima ratus keledai betina adalah tanda potensi ekonomi yang besar. Pernyataan bahwa ia orang paling kaya di Timur menegaskan hal ini. Secara rohani, ia disebut orang saleh dan jujur. Ibrani: tam (blameless, akar kata “komplit” menunjuk pada orang yang dewasa secara rohani dan manusia batinnya berintegritas/murni) dan yasar (upright). Yasar artinya lurus, benar, digunakan dalam konteks perilaku manusia yang selaras dengan jalan Tuhan. Ini tidak berarti Ayub tidak pernah berdosa.
Dua bukti kesalehannya adalah pertama, perannya sebagai imam bagi keluarganya. Ia mengadakan upacara korban penebusan dosa dengan serius, bahkan mencakup dosa dalam hati. Kedua, sikapnya yang matang secara rohani ketika menghadapi penderitaan. Walaupun dalam bagian-2 berikutnya, ia bergumul hebat tetapi tidak menuruti desakan istrinya untuk mengutuki Allah. John Chrysostom menjelaskan bahwa alasan Setan tidak membunuh istri Ayub adalah supaya ia dapat memakainya sebagai alatnya. Ayub tidak menjadi ateis dan ia tidak lari dari kenyataan hidup yang berat melalui kematian karena kalau ia mengutuk Allah, Allah akan menghukumnya mati. Sebaliknya, dengan penuh hikmat, ia menerima apapun yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidupnya. Kekayaan dan bencana dalam teologi masa itu dipercaya sebagai pemberian Tuhan (cf. Ebiet berteologi sama: anugerah dan bencana adalah kehendakNya).

Hanya orang yang berbuat dosa, tanpa dilihat orang lain, dia yang dihukum Allah, orang baik yang di berkati Allah. Melalui kisah Ayub ini, pandangan Teologis di balikan. Hal pertama yagn kita pelajari: Tuhan memandang kepada hati bukan lahiriah, kebaikan,kejujuran penting tapi sikap hati yang takut akan TUhan jauh lebih penting. Penderitaan bukan berarti selalu dosa. Allah menguji dalam segala keadaan. 3. Hal2 dalam hatinya. Tuhan itu membela Ayub dengan menyuruh sahabat2nya mengakui kesalahan2nya (v.47). konsep Ayub tentang Allah itu benar, kemudian Ayub mendoakan mereka, dan Tuhan memulihkan keadaan Ayub dan Tuhan memberikan dua kali lipat dari keadaannya dahulu.

Saya melihat Ayub memiliki 4 syarat sebagai pria yang dikagumi:
1.Kerohanian yang baik; karakter, baik, iman dan perbuatan selaras
2.Usahanya sukses; ada orang kerohanian baik tapi karakternya jelek
3.Keluarga yang ideal; kehidupan masyarakatnya indah

Kitab ini menjawab bagaimana orang benar bisa menanggung penderitaan.

Saya melihat 1:1 à itu adalah kisah dari awal kehidupan Ayub. Pasal 42:17 menutup kitab ini, matilah tua lanjut umur. Pergumulan itu ada di tengah. Kitab Amsal mengatakan bahwa akhir hidup itu penting, sekalipun dia menghadapi pergumulan tapi dia telah menang. Berarti sampai akhir hidupnya dia tetap setia kepada Tuhan.

Tema ini jelas menceritakan tentang keluarga Kristen. Keluarga itu ada definisinya, ada sebagian orang dalam keluarga itu saling berbagi. Dari ayat ini ada 3 poin:
1.Keluarga Kristen dimulai dari kesalehan perorangan. Disini dimulai dari Ayub; dia begitu megnasihi Tuhan. Keluarga Kristen itu memakai kekristenan itu memimpin keluarganya seperti Ayub yang memperhatikan iman keluarganya. Bagian ini begitu penting tetapi tidak terlalu ditekankan
2.Keluarga Kristen dalam menghadapi kesusahan itu dihadapi bersama. penderitaan itu datang dari iblis, tapi tidak hanya kepada Ayub pribadi, juga keluarganya. Bagaimana di dalam keluarga seharusnya ada kesusahan dihadapi bersama.

Dalam kemakmran dan kejayaan ia bukan seorang yang see no evil, hear no evil , ayub adalah seorang yang open mind, open eyes and open mouth baik terhadap ana-anaknya, pengalman dgn tuhan, kesalahan istri, teman-tema dan kepad atuhan sendiri.
Kata ayub berasal adari ayaab bahasa Mesopotamia yang berarti father. Keterbuakaannya kepada nak-anak ayub mempersembahkan korban dengan perkataanny perhaps anak-anak berbuat dosa. Dia tidakmemihak keluarga jika itu dosa, ia menegur. Dai tidak menutup kesalahan bahwa orang bisa salah dan berdosa tetapi tidak boleh bedosa.
See no evil, say no evil,
Ayub dalam kejayaannya dan kesalehan,
Kita lihat juga Ayub dalam kondisi ini dia sangat open mind, open eyes, dan open mouth. Baik kepada anak2nya, kepada isterinya dan kepada teman2nya. Khususnya dalam perannya sebagai ayah. Ayub itu mempersembahkan korban dengan perkataan “mungkin…” dia tidak menutup kemungkinan bahwa anak2nya bisa salah.

Ada 3 hal:
1.The person with the family
2.The family with their role; bagaimana keluarga bisa menghadapi hal itu dan bagaimana peran setiap anggota keluarga.
3.The healthy tradition as a legacy; Ayub waspada terhadap dosa kendatipun dari istri sendiri. Di dalam kelemahan iblis.

Bagaimana kita bisa melihat nilai dari seseorang:
How to understand the value of the person? Beberapa riset mencoba memaparkan hak itu, seperti IQ, EQ , SQ dan terakhir adalah AQ.
Memahami ”isi” hidup ini tidak mudah, Paul Stoltz mencermati ketangguhan Ayub dalam menghadapi kesulitan hidup bahkan penderitaan, namun Ayub tetap konsisten menjadi orang yang berhikmat (Tam, Yassar = man of integrity) memberikan inspirasi yang melahirkan gagasan AQ (Adversity Qoutients), dimana melalui AQ kita melihat bagaimana respon seseorang ketika menghadapi kesulitan dan tantangan hidup. Melihat AQ dijabarkan dalam sebuah akronim CORE (Control, Origin, Reach dan Endurance), sbb:
1.Control, sejauhmana seseorang dapat mengontrol masalah yang terjadi, atau ia selalu dikendalikan oleh masalah? Respon Ayub jika dibandingkan dengan istrinya sangat berbeda (ayub 2:10), dimana meski susah Ayub melihat Allah yang tidak pernah keliru.
2.Origin, bagaimana melihat asal usul masalah secara obyektif, entah kesalahan dari dalam diri sendiri atau dari orang-orang yang berada di sekitarnya.
3.Reach, sejauhmana permasalahan mencapai kinerja seseorang dalam kurun waktu tertentu. Pribadi yang memiliki AQ yang baik tidak akan membiarkan masalah merambah seluruh hidupnya melainkan ia mampu memilah-milah massalah.
4 Endurance, merupakan ketahanan seseorang untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah.

Kehidupan Ayub mempresentasikan CORE yang sangat baik. Setelah mengevaluasi bagaimana diri kita dengan akronim tersebut, maka langkah konkret adalah LEAD (Listen , Explore, Analyze dan yang terakhir Do).
1.Listen, memperhatikan masalah yang terjadi dimana setiap masalah dilihat secara proposional: masalah besar tidak dianggap kecil, masalah kecil tidak dianggap besar.
2.Explore, menguraikan masalah hidup yang terjadi dengan jeli dengan melihat sebab akibat masalah itu.
3.Analyze, membedakan antara keinginan dan kebutuhan dimana Allah berjanji memenuhi kebutuhan bukan keinginan. Masalah dalam hidup muncul karena tidak dapat membedakan keduanya, keinginan dianggap sama dengan kebutuhan.
4.Do, melakukan apa yang seharusnya dilakukan bukan melakukan apa yang ingin dilakukan.
Suatu mobil mau dikeluarkan harus melalui uji ketahanan; ketangguhan 2 hari nonstop, cuaca, dll. 1:1 itu karena belum menghadapi uji ketahanan. Iblis mengatakan karena Ayub dilindungi Tuhan (ay.10). memang di dalam kitab ini sulit dipahami, Tuhan atau iblis yang memulai pergumulan ini. Tetapi uji ketahanan menunjukan kualitas iman, dalam keluarga yang diserang adalah kepala keluarga, yaitu Ayub.

Ada beberapa yang ingin ditekankan:
1:7 menunjukkan siapa sebenarnya Ayub; orang seperti Ayub juga diinjinkan untuk mengalami pencobaan. Ada beberapa ayat yang perlu ditekankan seperti 1:21, 2:10. Kita bicara Ayub tidak bicara pasal 42 akan terasa kurang. Dia mengalami pergumulan dulu baru setelah itu dia baru mengenal Allah yang sesungguhnya dari pengalamannya. Ayub mendoakan teman; merupakan titik balik dari ayub. Kalau Ayub tidak mendoakan teman apa mungkin ayub pulih karena firman Tuhan berkata bahwa ketika ayub mendoakan teman allah memulihkan ayub. Di sini ada kualitas yang mau mengampuni.

Satu bahtera keluaga tidak hanya melihat suami saja. Tapi kita melihat iman isteri. Jelas dalam ayat 5, dia hanya takut dengan anak2nya. Tapi dia tidak kuatir dengan iman isterinya. Isterinya ini dihadapan Tuhan tidak memimpin iman isterinya. Bahtera keluarga yang baik tidak bisa dibangun dari seorang ayah saja, tapi juga isteri. Ayub disini gagal.

1.Setiap keluarga harus melewati ujian.
2.Jika ayah berintegritas, belum tentu anak dan isterinya memiliki kualitas yang sama. Sesudah itu, ayat 7 dikatakan bahwa “perhaps they will curse God” dan isterinya berkata “curse God and die”.
3.Suatu keluarga harus mengenal providensi Allah dan bertanggung jawab

Tantangan sering datang dari dalam. Kita melihat ayub ditantang isteri dan ketiga sahabatnya. Tuhan Yesus, Paulus mengalami hal yang sama.
Kehidupannya diganggu oleh setan menderita sakit badani. Dalam markus 5 ada kejadian yang sama.
Masalah penderitaan; datang dari setan, karena dosa – psikosomatis – Mrk 2:1-10, dikarenakan ulah diri sendiri; gagal atau jatuh tidak mau bangkit lagi lalu kecewa dan terpuruk, atau dikarenakan proses pembentukkan dari Allah, penderitaan yang mulia seperti Ayub, Yusuf, Musa, Tuhan Yesus.

Dalam 5 kitab hikmat, Ayub adalah salah satu; hikmat dalam penderitaan. Ada 4 tiang penopang keluarga:
1.Usaha
2.Pergaulan
3.Berkeluarga
4.Iman percaya dalam kehidupan religious
Introvert mengutamakan keluarga. Ektrovert dia lebih mementingkan usaha atau karirnya.Tapi Kristen, harus tahu menempatkan diri dengan baik. Kadang tuntutan istri lebih besar dan menguasai keluarga. Seblaiknya suami dominan keluarga berantakan.

Ayub seorang:
Hatinya cerah ceria, Mata saleh beribadah, Tangannya berkarya, Anak istri hangat berkeluarga. Rejekinya limpah ruah, Hidupnya berkenan di hati Allah

Tuntutan hidup:
1.Hidup suci
2.Hidup rohani; Jati diri terpelihara
3.Hidup limpah; Ranting berbuah memberi terbaik pada allah
4.Hidup padat mengalirkan berkat kepada sesama
5.Hidup lancar berkat anugerah selalu terpelihara
6.Hidup bersaksi keluarganya jadi bukti
7.Hidup mulia jadi alat-Nya bagi kebesaran nama-Nya

Sikap Ayub:
Tidak dingin, tidak kasar, tidak jahat, tidak manja, tidak pelupa, tidak congkak dan tidak kaku, tidak menyerah, tidak lancing

Konsep hidup ayub:
1.Ayub anggap mengenal Allah lebih penting dari menuntut jawaban
2.Besyukur selalu kepada Tuhan daripada hidup besungut2
3.Ia muliakan Tuhan lebih dari hanya bertahan derita karena Tuhan. Ia aktif inisiatif memuliakan allah.

Warisan ayub:
1.bukan harta benda tapi iman.
2.Bukan perintah saja tapi teladan yang nyata.
3.Bukan mimbar tapi mesbah.
4.Bukan hutang tapi berkat
5.Bukan beban tapi sukacita
6.Bukan panjang umur tapi hidup kekal
7.Bukan kuatitas tapi kualitas
8.Bukan suatu figure mengagumkan natapi martabat citra yang menggugah