Minggu, 11 April 2010

FILSAFAT PELAYANAN PEMUDA REMAJA

Filsafat Pelayanan  
Pada waktu kita melihat jaman dalam konteks pelayanan kita, dapat dikatakan bahwa jaman ini adalah jaman yang selalu berubah, tidak sama dengan jaman yang dahulu maupun yang berikutnya. Suatu jaman selalu mempunyai tanda, semangat dan warna tersendiri yang berbeda dari jaman sebelumnya. Memang, pada waktu kita melihat jaman dalam kehidupan, kita lihat adanya suatu culture yang sebenarnya berubah secara drastis. Di dalam hal ini juga, generasi Saudara adalah suatu generasi yang sangat unik, karena kita berada dalam satu peralihan dari suatu culture, dan mungkin kita sendiri, selama melaluinya, tidak menyadarinya. Dalam jaman kehidupan Saudara ini, Saudara merupakan saksi dari berlangsungnya suatu jaman dan juga berakhirnya suatu jaman, masuk menjadi jaman yang baru.

Jaman pertama adalah jaman modern. Jaman kedua adalah jaman postmodern atau pasca-modern. Secara unik, Saudara berada dalam tengah peralihan suatu jaman. Hal ini merupakan suatu yang sangat besar dalam sejarah, karena sejarah pemikiran modern sudah berlangsung selamai 200 tahun. Saudara berada dalam perbatasan akhir dari jaman modern dan akan melangkah dalam suatu jaman yang baru, yaitu jaman postmodern.

Tetapi, kita perhatikan, jaman adalah jaman yang berubah, mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Tetapi bagaimana dengan pelayanan gereja kita? Seringkali kita melihat bahwa pelayanan kita justru tidak berubah dari waktu ke waktu. Jaman terus berubah, tetapi pelayanan kita sebagai orang Kristen tidak mengalami perubahan yang berarti. Sehingga gereja sangat lambat dan tidak peka dalam mengantisipasi semangat jaman yang berubah. Kita tidak memperhatikan persoalan itu.

Ada kata-kata yang menyindir orang-orang pada jaman ini: if you are not confuse, you probably don't know what is happening; Jikalau kamu tidak bingung, mungkin kamu tidak tahu apa yang sedang terjadi. Jika Saudara tidak bingung melihat semangat, dan apa yang sedang berlangsung pada jaman ini, tidak berarti bahwa Saudara melihat/memperhatikan jaman ini, melainkan Saudara tidak mengetahui apa yang sedang terjadi.

Pada waktu kita melayani, kita tidak menyadari bahwa jaman sudah berubah, sehingga pelayanan kita semakin lama semakin menurun. Dalam kesempatan sharing antar-gereja nanti*, kita bisa share satu sama lain mengenai pelayanan gereja kita. Mungkin sebagian gereja mengalami penurunan, sebagian gereja mengalami kemajuan. Kita akan melihat faktor-faktornya.

Kalau pelayanan kita menjadi sesuatu yang menurun, maka ini harus membuat kita berpikir: Kenapa orang-orang tidak datang ke persekutuan pemuda? Apa yang harus kita lakukan? Pada akhirnya, yang kita lakukan untuk pelayanan kita adalah bersaing dengan dunia. Bagaimana bersaing dengan dunia? Misalnya: dunia mempunyai bioskop, maka kita juga membuat pertunjukan film. Tetapi bedanya kalau bioskop dapat menarik banyak orang, tetapi film yang kita putar, misalnya Jesus in Campus Crusade, maka seluruh jalan cerita film itu sudah dapat ditebak, sehingga membuat orang lain merasa lebih baik nonton di bioskop.

Jadi apa yang kita lakukan di komisi pemuda adalah bersaing dengan dunia. Mungkin satu saat Saudara berhasil dengan membuat suatu acara yang sangat menarik, misalnya membuat suatu pertunjukan kejutan.

Dari semua acara yang menarik itu, pasti ada acara yang kurang menarik, dan ada acara yang lebih menarik dari acara-acara menarik yang lainnya. Hal itu membuat kita mati-matian dengan tak habis-habisnya berpikir bagaimana membuat suatu acara yang lebih menarik dari acara yang sebelumnya, yang sudah menarik itu. Maka akhirnya, kita tidak akan mampu dan tidak mungkin bekerja sepenuh hidup kita hanyak untuk acara komisi pemuda itu. Akhirnya kita terpuruk pada kesulitan pelayanan. Semakin lama semakin lemah, dan akhirnya persekutuan pemuda kita juga semakin lama semakin merosot.
Dalam keadaan seperti demikian, apa yang harus kita lakukan?

Ada satu hal yang harus kita lakukan, yaitu: KEMBALI KE DASAR, back to basics. Kita tidak mungkin bersaing dengan entertainment yang ditawarkan oleh dunia, maka kita harus kembali kepada apa yang Tuhan ingin kita lakukan di dalam kehidupan. Kita harus kembali kepada hal tersebut.

Kita lihat di Pengkotbah 1:4-8. Kita melihat bahwa Pengkotbah memperhatikan hidup manusia hanya sekedar sebagai lingkaran, yang saya istilahkan, lingkaran kesia-siaan.
Semua perputaran dalam alam itulah yang dilihat oleh Pengkotbah sebagai suatu lingkaran kesia-siaan. Dalam ayat 8 dikatakan segala sesuatu menjemukan, karena Pengkotbah melihat segala sesuatu adalah pengulangan dari apa yang pernah terjadi, meskipun tidak selalu persis, tetapi ada a continual beginning, suatu permulaan yang sama terus-menerus, sehingga menjadi suatu lingkaran kesia-siaan.

Manusia dalam proses kehidupannya, dari lahir hingga ia meninggal, kemudian diteruskan ke generasi berikutnya, tidak pernah dapat terlepas dari pola pengulangan yang sama, yang dikatakan Pengkotbah sebagai lingkaran yang menjemukan. Satu-satunya jalan untuk menerobos lingkaran kesia-sian ini adalah dengan melakukan Linearisasi Kehidupan. Artinya di dalam kehidupan, kita tidak hanya berjalan mengikuti lingkaran-lingkaran dalam kehidupan, tapi kita juga berjalan menuju ke sebuah tujuan yang ingin kita capai, dan tujuan yang ingin kita capai adalah CHRIST-LIKENESS, menjadi serupa dengan Kristus. Inilah tujuan utama dari kehidupan orang Kristen dalam suatu lingkaran kehidupannya, dimana ia telah berjumpa dengan Kristus (Roma 8:29). Itulah yang seharusnya menjadi tujuan setiap pribadi yang telah ditebus.

Pada waktu kita bersama-sama mempunyai tujuan yang sama sebagai orang Kristen dan pelayan Kristus dalam komisi pemuda, Saudara harus dapat berperan sebagai fasilitator pertumbuhan orang lain dalam mencapai Christ-likeness. Bagaimana dan hal-hal apa yang harus kita sediakan sebagai aktivis komisi pemuda untuk menolong anggota-anggota kita ini agar bisa menjadi orang-orang yang serupa dengan Kristus?
Untuk itu, kita kemudian melihat satu hal: Spiritual Formation. Pada waktu kita ingin menjadi serupa dengan Kristus, kita ingin mencapai Total Spirituality. Artinya dalam persekutuan pemuda kita tidak mengkotak-kotakan pembinaan anggota kita. Kita tidak hanya membina mereka hanya sekedar agar mereka mengerti firman Tuhan saja, bukan hanya bersifat sebagian saja, tetapi secara total, mencakup keseluruhan kehidupan pribadi mereka di dalam mereka berjalan menuju keserupaan dengan Kristus.

Hal yang dapat kita wujudkan dalam Total Spirituality adalah:
1. Knowing and Experiencing God in an Intimate Relationship.
2. Hollistic Development toward Holiness and Christ-likeness.
3. Obeying God and Doing the Work of His Kingdom.

Saya merasakan hal ini merupakan perumusan yang bersifat komprehensif, karena dalam pelaksanaan semuanya ini meliputi: orang itu bertumbuh, mendapatkan suatu pengetahuan, bersifat holistik, menyeluruh. Dalam ketiga poin tersebut dapat bisa diringkas lagi menjadi:
1. Knowing
2. Being
3. Doing

Bruce Powers melakukan pembagian pertumbuhan hidup manusia berdasarkan usia:
1. Usia 0-6 tahun: mengalami fase yang disebut fase nurture.
Pada waktu itu, orang tidak terlalu memikirkan dan memperhatikan arti hidup, the meaning of life. Pada fase ini, ia memperhatikan kasih dari orangtuanya dan orang-orang yang merawatnya. Sebenarnya orang tersebut tidak begitu memperhatikan perkataan orangtuanya, tetapi yang diperhatikan adalah apakah orangtua saya memperhatikan saya atau tidak.
2. Usia 7-18 tahun, disebut sebagai fase indoktrinasi.
Pada usia ini, seseorang mulai diberikan isi iman. Misalnya: seorang anak sebelum makan harus berdoa.
3. Usia 19-27 tahun, disebut sebagai fase reality testing.
Pada usia ini, seseorang menguji pengetahuan dan teori yang didapatnya dari fase indoktrinasi, bagaimana orang tersebut membuatnya nyata dalam kehidupannya.
4. Usia 28-35 tahun, orang melakukan making choices.
5. Usia 36 tahun ke atas, orang mengalami active devotion.
Pada waktu inilah seseorang merasa ia sudah mantap atas pilihan dari pengetahuan dan teori dalam hidupnya, dan secara aktif melakukan kepercayaannya.

Jadi, tahap usia yang paling mudah untuk dimenangkan adalah usia 7-18, pada saat seseorang masih mengalami fase indoktrinasi. Yang paling disulit di-Injili adalah orang yang berusia 36 tahun ke atas, karena di dalam usia ini orang tersebut merasakan segala sesuatu sudah ia dapatkan, jalankan, uji, pengalaman hidupnya sudah berbicara, dan segala sesuatu itu sudah membuktikan bahwa apa yang ia jalani dan percayai saat ini adalah sesuatu yang benar.

Yang dikatakan oleh Bruce Powers ini sebenarnya meliputi ketiga hal tadi: Knowing, Being dan Doing. Dalam usia 7-18 tahun, pada saat inilah proses Knowing terjadi. Dalam usia 19-27 tahun, ia mengalami proses Being. Dan pada waktu sesorang menjadi active devotion, ia sedang melakukan sesuatu (Doing).

Bukan berarti jika seseorang pada usia tertentu, ia berada pada tahapan tertentu pada usia tersebut. Misal: jika usia orang itu 19 tahun, maka tidak berarti ia berada dalam tahap Being. Tahap Knowing, Being, dan Doing ini merupakan suatu lingkaran yang terus berulang dalam kehidupan kita. Knowing saya akan diterjemahkan ke dalam Being, dan Being saya akan diterjemahkan ke dalam Doing. Pada waktu melakukan sesuatu, saya juga mengetahui sesuatu yang baru. Pada waktu saya mengetahui sesuatu yang baru, saya mencoba melakukan sesuatu yang baru. Pada waktu saya melakukan sesuatu yang baru, saya sedang menjadi Being yang baru. Hal ini merupakan suatu lingkaran dalam suatu kehidupan yang terus berulang, hingga kita mencapai tujuan kita, yaitu menjadi serupa dengan Kristus.

Di dalam perkembangan iman (faith development) inilah, sesuatu yang ingin kita capai adalah pertumbuhan di dalam wilayah Knowledge, Character, dan Doing. Di dalam pertumbuhan iman kita, kita ingin mempunyai pertumbuhan iman di dalam:
1. Pengetahuan
2. Being, yang diterjemahkan dengan character, dan
3. Kehidupan aktivitas yang saya lakukan di hadapan Tuhan dan di hadapan manusia.

Dengan semua ini, kita mengharapkan:
1. Adanya suatu perubahan yang berelasi dengan pengajaran Alkitab. Artinya pertumbuhan iman saya adalah pertumbuhan yang positif, yang bersesuaikan dengan pengajaran firman Tuhan, yang sudah saya gumulkan, mengerti, dan menyatukan diri dengan the unique life of each individual. Tiap orang adalah unik. Rencana Tuhan adalah rencana yang unik bagi setiap kita, maka di dalam pertumbuhan iman seseorang, Tuhan menginginkan agar setiap orang boleh bertumbuh ke arah di mana memang Tuhan menghendaki, supaya ia dapat bertumbuh sesuai dengan keunikannya masing-masing. Misal: talenta yang diberikan Tuhan memiliki keunikan masing-masing. Dalam keunikan masing-masing, kita mempunyai pertumbuhan yang terus-menerus di dalam kehidupan kita.

Kita tetap mempunyai satu pertumbuhan di dalam Knowing, Being dan Doing, sehingga kita mengharapkan suatu perubahan yang nyata bagi setiap orang yang datang bersekutu di persekutuan pemuda kita. Misalnya: ada orang yang iri hati, orang yang sedang bergumul dengan dosanya; kita mengharapkan ada perubahan terjadi pada dirinya. Bukan sekedar suatu acara berlangsung dengan sukses.

2. Bagaimana kita dapat mengevaluasi pelayanan kita berhasil atau tidak? Yaitu dengan melihat apakah terjadi perubahan pada hidup seseorang. Kalau ada individu-individu yang berubah dalam sebuah gereja, maka gereja sebagai gambaran tubuh Kristus pun akan menjadi gambaran yang terus-menerus mengalami perubahan dan pertumbuhan, yang menuju kepada keserupaan dengan Kristus secara keseluruhan. Pada waktu kita berada di gereja, kita tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dunia tawarkan kepada kita, tetapi sebaliknya kita mengharapkan adanya perubahan.

Saya boleh mengharapkan perubahan terjadi di dalam kehidupan seseorang, sama halnya pada waktu Saudara datang ke tempat ini sebagai individual. Pada waktu kita menyelesaikan tahun 1998 dan memasuki tahun yang baru, perlu kita tanyakan: Adakah perubahan yang terjadi pada diri saya? Apakah sepuluh tahun sekarang dengan sepuluh tahun yang dulu adalah saya yang tetap sama? Dengan kata lain, apakah tidak ada perubahan yang terjadi dalam hidupku? Pelayanan kita harus terus mengarah kepada hal ini, yaitu Expecting a Change, mengharapkan terjadinya perubahan. Meskipun saat ini kita mempunyai banyak kelemahan, sesuai dengan berjalannya waktu, kita harapkan ada perubahan-perubahan yang terus terjadi dalam kehidupan kita, dengan demikian kita semakin lama semakin menjadi serupa dengan Kristus.

3. Kalau betul setiap kita mempunyai suatu core (inti) dan visi pelayanan yang jelas dan boleh dipakai Tuhan untuk merubah kehidupan orang-orang, pada waktu kemudian semuanya berhasil, dari waktu ke waktu terus terjadi perubahan-perubahan di dalam kehidupan mereka, maka kita akan melihat gereja masa depan adalah gereja yang gemilang. Kalau kita tidak terjerumus ke dalam segala sesuatu yang menarik, yang ramai, yang tidak kalah bersaing dengan dunia, kita akan melihat gereja abad ke-21 menjadi gereja yang terpuruk. Mungkin gereja tersebut akan terjun ke dalam sekularisme yang sama sekali tidak mempunyai daya tarik, karena justru apa yang kita lakukan adalah sama dengan apa yang dunia tawarkan.

Kita semua, bersama-sama harus yakin dalam pelayanan dan visi yang jelas, yaitu ingin membawa mereka untuk menjadi serupa dengan Kristus. berdasarkan itu, akan ada perubahan dan pertumbuhan yang terjadi dalam Knowing, Being, dan Doing melalui semua yang kita kerjakan sepanjang tahun di dalam kehidupan pribadi kita dan orang lain yang kita layani. Pada suatu waktu nanti kita boleh bersyukur: Gereja masa depan, apapun yang terjadi, sekalipun kita memasuki masa penganiayaan dimana gereja kemudian ditekan, mungkin penginjilan tidak boleh dilakukan, akan tetap yakin di dalam imannya. Kita berlomba dengan waktu, dalam waktu tiga tahun kita mendidik orang-orang, sehingga betul-betul terjadi perubahan yang sungguh di dalam kehidupannya. Dengan demikian kita boleh yakin, apapun yang terjadi di abad ke-21, kita akan dapat menghadapinya. Gereja Tuhan tidak dapat dihancurkan dan kita dapat tetap berdiri tegak, karena kita mempunyai tujuan yang jelas dalam pelayanan kita.

Ingat, engkau adalah masa depan gereja. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirimu, yang membuat engkau semakin berakar dan terus bertumbuh, menjadi organisme yang tidak mati adalah masa depan yang engkau tanamkan dalam gereja pada abad mendatang. Kalau engkau menanam pohon yang mati, maka gereja yang akan datang adalah gereja yang mati. Kalau engkau menanam iman yang hidup, maka gereja masa depan akan hidup. Gereja masa depan ada di atas pundakmu, langkahmu, tindakanmu. Gereja masa depan ada di tanganmu.

Dari : Pemuda Kristen.com

DOSA KESOMBONGAN

Tahap-tahap Kesombongan (Ajaran Rohani St. Bernardus dari Clairvaux) PDF Print E-mail
Written by Fr. Serafim Maria   

Pengantar

     Ajaran rohani ini diberikan oleh St. Bernardus dari Clairvaux, seorang abas biara sistersian yang  termasyhur. Santo ini terkenal karena kepandaian berbicaranya yang menarik akan perkara-perkara rohani. Diceritakan bahwa St. Bernardus sangat pandai berkhotbah. Ia memiliki hati yang lemah lembut dan penuh kasih. Pada suatu hari, ia berkhotbah kepada para rahibnya, khotbahnya begitu memukau, dan ketika ia berkhotbah terjadi banjir. Banjir masuk ke dalam kapel, namun anehnya para rahibnya begitu  terpukau oleh khotbahnya sampai-sampai mereka tidak sadar banjir masuk ke dalam kapel.

     Cerita ini menunjukkan bahwa orang suci ini, memiliki karisma untuk menghancurkan jerat-jerat iblis yang berusaha menjerat setiap orang yang ingin bertumbuh dalam kerendahan hati, agar tidak jatuh dalam dosa kesombongan ini. Atas permintaan seorang rahibnya, St. Bernardus mulai menguraikan kebajikan kerendahan hati dan dosa kesombongan. Ia menguraikan tentang tahap-tahap kesombongan, di mana seseorang mulai turun dari kerendahan hati dan mulai naik pada tingkat-tingkat kesombongan lalu terus merosot, dan perlahan-lahan orang tersebut sampai pada dasar jurang kesombongan.

     St. Bernardus membaginya menjadi dua belas tingkat atau tangga kesombongan. Semua ini membawa manusia  menuju kehancuran jiwanya.
 
 
Dua Belas Tangga Kesombongan menurut St. Bernardus

Tangga Pertama Kesombongan: Rasa ingin Tahu

     Tangga pertama dari kesombongan adalah rasa ingin tahu. St. Bernardus memberikan tanda-tanda yang terjadi pada seorang rahib. Karena ia hidup di tengah-tengah para rahib maka contoh yang diberikan  adalah para rahibnya sendiri. Akan tetapi, hal ini juga bisa terjadi pada semua orang dewasa ini. Coba perhatikanlah seorang rahib yang baik, lalu rahib ini mulai membiarkan matanya berkeliaran ke mana-mana sehingga tidak mengekang matanya, apapun yang dilakukannya, entah dia berdiri atau berjalan bahkan kalau sedang duduk matanya berkeliaran ke mana-mana. Seringkali ia membiarkan pancainderanya untuk melihat dan mendengar apa saja, begitu besar ingin tahunya seolah-olah telinga si rahib seperti telinga seekor anjing.

     Sikap fisiknya dikatakan oleh St. Bernardus mengalami perubahan akibat perubahan yang terjadi di dalam batinnya. Ia seringkali mengedipkan matanya seperti yang dikatakan oleh Ams. 6:13, “yang mengedipkan matanya, yang bermain kaki dan menunjuk-nunjuk dengan jari”. Sikap badan seperti ini telah mempengaruhi jiwanya, dan menjalar ke dalam jiwanya. Orang seperti ini tidak lagi memeriksa dirinya, atau mengadakan pemeriksaan batin terhadap dirinya sendiri, tetapi sebaliknya mulai memeriksa orang lain. Karena ia tidak mengenal diri sendiri, maka ia cenderung untuk memperhatikan orang lain. Dalam hal ini merujuk kepada Kidung Agung yang mengatakan: “Orang disuruh memelihara kambing-kambing” (lih. Kid. 1:8). Kambing-kambing ini dimaksudkan sebagai dosa. Secara khusus, yang dimaksudkan menjaga kambing adalah mata dan telinganya. Mata dan telinganya diarahkan kepada segala sesuatu yang membawa kepada dosa. Karena kematian masuk ke dalam dunia melalui dosa, demikianlah dosa masuk melalui mata dan telinga. Dikatakan dalam suatu adagium atau amsal bahwa impian masuk dalam jendela manusia yaitu  melalui mata dan telinganya.

     “Jika engkau memperhatikan dirimu dengan sungguh-sungguh, maka engkau tidak akan mempunyai waktu untuk memperhatikan hal-hal lain yang sia-sia, lebih-lebih jagalah hatimu” seperti yang dikatakan dalam Ams. 4:23 di mana dikatakan: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” dengan kata lain, jagalah pancainderamu supaya menjaga sumber kehidupan.

     Seseorang yang dikuasai oleh rasa ingin tahu yang sia-sia, tidak bisa lari dari dirinya sendiri. Oleh karena itu, ia juga tidak bisa menengadahkan matanya ke langit untuk mohon bantuan dari Tuhan. Kita harus menyadari bahwa manusia itu adalah debu dan abu, seperti yang dikatakan dalam Kej. 3:19 yaitu “dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu”. Melalui penyadaran yang demikian,  dimaksudkan agar kita tidak jatuh dalam bentuk kesombongan itu. Bila menyadari hal tersebut, kita dapat menengadahkan mata ke surga dan kepada Tuhan. Karena manusia dewasa ini, hanya memandang ke bawah tidak pernah menengadahkan mata ke surga, seperti seekor ayam yang terus-menerus mencari cacing sebagai makanannya.

     Jika kita menyadari bahwa kita ini hanyalah debu, maka kita akan mengangkat hati kepada Tuhan meminta pertolongan dari-Nya. St. Bernardus memberikan contoh yang menarik, yaitu tentang Hawa yang jatuh ke dalam godaan yang besar, mula-mula karena “kuriositas” atau rasa ingin tahunya akhirnya ia jatuh dalam jerat si iblis. Mengenai Hawa dikatakan, “Bagaimana engkau, hai Hawa engkau telah ditempatkan di taman Eden supaya engkau bekerja bersama dengan suamimu dan memelihara dia. Seandainya engkau melakukan tugasmu dengan baik pastilah engkau akan pergi ke tempat yang lebih baik. Engkau diberi ijin untuk makan dari segala buah, hanya saja tentang pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, tidak boleh engkau makan. Pohon-pohon lain sudah cukup baik bagimu mengapa engkau makan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Janganlah berpikir tentang dirimu lebih daripada kenyataannya”. St. Bernardus lalu mengutip dari Rm. 12:3 yang menyatakan: “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing”.

     Seringkali kita berpikir bahwa diri kita lebih baik daripada kenyataannya, tetapi sesungguhnya ialah “Bijaksana dalam kejahatan adalah kebodohan. Peganglah apa yang telah dipercayakan kepadamu dan tunggulah apa yang dijanjikan kepadamu. Jauhkan dirimu dari apa yang dilarang dan engkau tidak akan kehilangan apa yang engkau telah miliki”. St. Bernardus mengatakan dengan menjauhkan diri dari apa yang dilarang maka kita tidak akan kehilangan apa yang sudah dimiliki. Mengapa engkau mencari kematian? Mengapa matamu tidak kaukekang dengan baik? Kalau tidak boleh makan buah itu, kenapa melihatnya? Gambaran St. Bernardus sungguh nyata seperti Hawa yang tergoda dan makan buah pengetahuan tersebut. Seolah-olah Hawa mengatakan: “hanya melihat-lihat tetapi tidak menyentuhnya”. Semula hanya melihat-lihat dan tidak menyentuhnya, namun dari rasa ingin tahu tersebut pelan-pelan akhirnya tergoda dan makan buah itu. Mulailah manusia jatuh dalam dosa akibat rasa ingin tahu yang berlebih-lebihan.

     Timbul suatu pembelaan diri yang lain: “Mengapa tidak boleh melihat, bukankah Tuhan telah memberikan mata untuk melihat”. Akan tetapi, yang benar ialah mata harus digunakan untuk yang baik dan bukan untuk melihat yang buruk dan jahat. St. Bernardus mengutip yang dikatakan St. Paulus: “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun” (1 Kor. 6:12). Semuanya boleh, tetapi tidak semuanya berguna. Pandangan itu bukanlah dosa, tetapi dosa mengintip di belakangnya. Oleh karena itu, kalau kita memperhatikan diri kita sendiri dengan baik, yaitu dengan mengarahkan hati kepada Allah untuk memperbaiki diri maka kita tidak akan punya waktu untuk keinginantahu yang sia-sia. Pandangan tersebut seperti Hawa yang memandang itu bukan dosa, tetapi dapat membawa kepada dosa dan de facto membawa kepada dosa.

     Karena Hawa mulai memandang buah itu, setan mulai menggoda dengan licik dan berkata “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kej. 3:1). Seolah-olah setan menjatuhkan Allah dengan mengatakan yang disebut dengan “separuh kebenaran” jadi yang dikatakan sebagian ada benarnya tetapi yang lainnya adalah kebohongan. Setan menyatakan bahwa Allah itu jahat dan semua buah-buah yang baik tidak boleh dimakan manusia, tetapi Hawa menjawab: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati" (Kej. 3:2-3).

     Hawa mulai berdialog dengan si penggoda, disinilah kesalahannya, Hawa mulai mengikuti godaan dengan melihat lalu memandang buah itu dan mulai melupakan perintah Allah untuk tidak memakannya ditambah lagi dengan keindahan dan kelezatan buah itu yang mengundang seleranya akhirnya Hawa jatuh ke dalam dosa dengan mengambil buah itu. Maka jika ada godaan-godaan kita harus hentikan segera dan tidak berdialog dengan godaan tersebut. Kita tahu kelihaian setan yang tahu kelemahan manusia dimana ia tidak menggoda secara langsung tetapi perlahan-lahan, sedikit demi sedikit hingga jatuh ke dalam dosa. Maka Setan telah memberikan buah terlarang kepada Hawa dan mengambil kehidupan dalam diri Hawa, semacam pertukaran seperti yang dikatakan oleh St. Bernardus,“Lihatlah Hawa, ia memberikan apel tetapi setan telah mencuri kehidupan  di taman firdaus itu”. Hawa telah makan racun dan mati, oleh karena itu Hawa menjadi ibu orang yang binasa, artinya ia jatuh ke dalam dosa.

Tangga Kedua Kesombongan: Pikiran dan Sikap yang Sembrono

     Tangga yang kedua yaitu pikiran atau sikap yang sembrono. Rahib yang tidak memperhatikan dirinya sendiri, melainkan ingin tahu tentang orang-orang lain. Pikirannya tidak terarah kepada Allah yang hadir dalam dirinya, tetapi perhatiannya tercerai-berai keluar. Ia lebih senang memperhatikan orang lain. Rahib ini mudah iri hati, jika melihat orang lain yang lebih daripadanya dan meremehkan orang lain yang dianggapnya rendah darinya. Pikirannya kosong karena tidak ada hal yang baik dipikirkannya, ia seringkali menghakimi orang lain, bahkan pikirannya melayang-layang tinggi karena kesombongannya dan di saat lain ia tenggelam dalam kedengkian dan iri hatinya. Kadang-kadang ia menunjukkan kesedihan atas kesalahan-kesalahannya, tetapi pada saat lain ia berbangga-bangga seperti anak kecil akan kehebatannya. Dengan kata lain, ia menyatakan kelemahan di dalam kebajikan dan ini merupakan kesombongan di dalam kebajikan-kebajikannya.

     Semua itu menunjukkan tanda-tanda kesombongan karena ia mencintai kebaikannya secara berlebihan sehingga ia menghargai kehebatan dirinya. Maka ia bersedih hati, kalau melihat orang lain lebih baik daripada dia. Sebaliknya, ia akan bergembira yang sifatnya dangkal kalau ia bisa mengatasi orang lain. Suatu saat rahib ini akan diam dengan sedih, namun di lain waktu akan berbicara terus dengan omong kosong yang tiada habis-habisnya dan ini menunjukkan kepribadiannya yang tidak seimbang.

Tangga Ketiga Kesombongan: Suka Bersenang-senang

     Tangga ketiga ialah suka bersenang-senang. Orang ini selalu mencari kesenangan-kesenangannya dan menghindari kesusahan. Seperti itulah rahib yang telah turun ke tangga ketiga. Setiap kali ia melihat kebaikan pada orang lain, ia tidak senang. Karena kebaikan yang dijumpai pada orang lain itu merendahkan dia. Orang seperti itu tidak segan-segan meremukkan dan menghancurkan orang lain yang mulai tumbuh, hal ini seringkali terjadi bahkan terjadi di mana-mana, kerapkali terjadi pula dalam biara. Perhatiannya hanya terarah bagaimana supaya ia bisa tampak lebih baik daripada orang lain. Jika ia merasa gagal atau direndahkan ia tidak mau, karena itu ia melarikan diri dalam hiburan-hiburan palsu. Ia tidak memperhatikan keadaannya sendiri, juga tidak memperhatikan kehebatan orang lain. Seluruh perhatian hanya diarahkan kepada hal-hal dimana ia tampaknya lebih baik daripada yang lain. Ia tidak lagi bersedih hati yang ia tahu hanya bergembira. Pada akhirnya kegembiraan yang dangkal dan bodoh ini, menguasainya yang menggantikan keadaannya yang tidak seimbang.

     Orang ini tidak lagi mengeluh atau bersedih, tetapi sudah melupakan kesalahan-kesalahannya. St. Bernardus mengatakan orang ini bertindak seperti seorang badut. Ia seperti pelawak yang memperhatikan penampilannya. Dia selalu siap untuk membuat lelucon dan tidak pernah melewatkan kesempatan tanpa tertawa, selalu menarik perhatian untuk tertawa dan membuat lelucon-lelucon. Dia tidak pernah mengingat-ingat sesuatu yang merendahkan dia dan karena itu tidak pernah memikirkan kegagalan atau apapun. Sebaliknya, orang seperti ini hanya mengarahkan pandangannya kepada jasa-jasanya sendiri dan senang sekali membicarakan dirinya sendiri. Dia hanya berpikir hal-hal yang menyenangkan dan tidak menahan tertawanya atau menyembunyikan kegembiraannya yang bodoh itu. St. Bernardus melambangkan orang pada tahap ini seperti balon yang besar, namun bila ditusuk cepat mengecil. Inilah gambaran orang yang mengisi pikirannya dengan sesuatu yang kosong dan murahan.

Tangga Keempat Kesombongan: Suka Membual

     Tangga keempat yaitu suka membual. Orang ini tidak tahu mengeluarkan kebodohan namun hanya tertawa saja. Ia seperti anggur yang dimasukkan ke dalam kerbat dari kulit yang siap meledak. Orang ini harus berbicara kalau tidak ia akan stress, dan ia mencari orang-orang untuk mendengarkan obrolannya supaya dapat menyalurkan sesuatu dalam dirinya, seperti anggur dalam kerbat yang mengalami proses fermentasi harus dikeluarkan, demikian juga orang ini harus berbicara kalau tidak ia akan stress. Ia dapat mencurahkan perasaan-perasaannya dan supaya orang tahu betapa hebatnya dia itu. Jika orang ini mempunyai kesempatan untuk berbicara, ia akan mengungkapkan ide-ide dan gagasan-gagasannya supaya pada akhirnya orang tahu ia hebat, ia melakukannya untuk mendapatkan pujian.

     Biasanya ia tidak pernah bisa mendengarkan orang lain, kalau orang mulai berbicara sudah dipotongnya untuk mendengarkan dia dan ia senang memberikan nasehat-nasehat. Orang seperti ini suka melontarkan pertanyaan-pertanyaan dan dijawab sendiri. Orang seperti ini tidak peduli dan tidak berminat untuk menambah pengetahuan orang lain tetapi lebih-lebih hanya untuk membual tentang dirinya sendiri hanya menunjukkan dirinya sendiri bahwa dia itu hebat.

     Dalam biara, dijumpai pada seorang rahib yang senang sekali berbicara mengenai puasa dan matiraga. Akan tetapi, hidup doanya dilakukan hanya untuk dilihat orang saja. Ia suka bercerita mengenai pengalaman rohani, visiun-visiun dan sebagainya. Rahib ini suka mengatakan betapa pentingnya berjaga-jaga dalam doa dan berbicara tentang macam-macam kebajikan, tetapi semuanya itu bukan dari hati yang tulus, melainkan untuk mendapatkan pujian. Orang seperti ini hanya ingin dipuji supaya sesuai dengan kitab suci yakni ‘ia berbicara dari kelimpahan hatinya’. Ia selalu pandai berbicara supaya dikagumi orang lain, seringkali percakapan-percakapannya dilebih-lebihkan. St. Bernardus meminta untuk mengingat uraian ini dan jauhilah realitasnya.

Tangga Kelima Kesombongan: Suka Berbuat Aneh-aneh

     Tangga yang kelima, suka berbuat aneh-aneh. Orang ini membanggakan diri, seolah-olah ia lebih baik dari orang lain dan ingin melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan orang lain, agar tampak kelebihannya bahwa ia lebih “superior”. Bagi dia peraturan yang biasa dari biara dan teladan dari yang berpengalaman tidaklah cukup bagi dia. Orang ini tidak ingin menghayati hidup yang lebih baik, tetapi dia ingin tampak lebih baik dari yang lain-lain. Semuanya yang dilakukan dengan tujuan tampak lebih baik “aku tidak seperti orang-orang lain”, St. Bernardus mengutip perumpamaan orang farisi dan pemungut cukai. Orang farisi yang berkata “Aku bersyukur kepada-Mu ya Tuhan, Aku tidak seperti orang-orang lain seperti pencuri, perampok dan sebagainya. Aku berpuasa dua kali seminggu aku memberi persepuluhan” dan mulai memuji dirinya sendiri. Orang ini seperti orang farisi di atas, selalu memandang dirinya hebat tentang dirinya sendiri. Misalnya, jika dalam biara orang makan tiga kali sehari, ia hanya makan satu kali saja, tetapi di lain kesempatan ia makan lagi tanpa diketahui orang lain atau jika ada orang yang berpuasa, ia tidak mau kalah dengan terus berpuasa mengalahkan yang lain. Motivasinya berpuasa ‘sudah lain arahnya’, berpuasa bukan untuk menguasai diri tetapi supaya dikagumi orang banyak. Orang ini lebih takut kehilangan penghargaan daripada lapar, ‘lebih baik lapar daripada tidak dihargai’.

     St. Bernardus mengatakan, orang pada tahap ini “Ia tidak bisa melihat muka yang dilihat orang lain, melainkan memeriksa tangannya yang dapat dilihatnya” yang hanya melihat kelebihan-kelebihannya saja. Orang-orang seperti ini senang melakukan devosi-devosi pribadi agar kelihatan kesalehannya, tetapi dia malas dalam ibadat bersama. Dia akan berjaga-jaga di kamarnya, tetapi tidur di dalam kapel. Kalau yang lain-lain mendaraskan mazmur dia tidur. Akan tetapi,  bila rahib yang lewat ia akan berdoa sendiri, sedangkan yang lain sudah mulai tidur. Kalau dia sedang berdoa seringkali berdehem-dehem atau batuk-batuk atau juga mendesah sehingga orang yang lewat tahu ia sedang berdoa. Supaya dikatakan sesuai dengan Injil yaitu “jika dalam perjamuan jangan mencari bagi yang terdepan tetapi yang terbelakang” maka dia akan mencari tempat yang pojok atau belakang supaya orang melihat dia rendah hati. Itu semua dilakukannya untuk mendapat reputasi yang baik, dikagumi oleh orang lain, tetapi bagi orang yang bijaksana tidak akan mudah tertipu. Karena yang utama adalah tumbuh dalam kerendahan hati dalam iman, pengharapan dan kasih.

Tangga Keenam Kesombongan: Suka Menerima Sanjungan-sanjungan

     Tangga keenam, orang yang suka menerima sanjungan-sanjungan, dia ingin sekali dipuji dan disanjung. Jika ia dipuji orang semuanya ditelan bulat-bulat. Orang ini pun memuji pekerjaannya sendiri dan tidak memperhatikan apa motivasinya. Semua sanjungan diterimanya dengan lahap. Dia lebih percaya pada pandangannya sendiri, daripada pandangan orang lain. Jika orang lain mempunyai pandangan terhadap dirinya sendiri walaupun suara hatinya menuduh dia, dia akan mengabaikan suara hatinya. Kalau pembimbing rohaninya mengatakan ia sombong, ia tidak akan menerimanya. Jika dipuji dan disanjung mulai besar kepala atau ‘berbinar-binar matanya’. Apabila suara hatinya menuduh, dia tidak akan percaya itu dan menganggap pujian orang banyak itu benar dan ia mengabaikan suara hatinya.

     Dia menganggap dirinya superior karena penghayatan religiusnya yang baik, yang dihayati bukan karena ibadat yang sejati melainkan untuk “show atau pamer”. Orang ini tidak hanya berbicara tentang dirinya sendiri, tetapi di dalam hati dia percaya dirinya sendiri yang lebih dari orang lain. Ada juga kelompok tertentu yang membuat pujian atau sanjungan kosong. Kelompok yang melakukan ini jahat, karena dapat menjatuhkan orang yang dipujinya. Untuk itu jangan mudah menyanjung orang, karena sebenarnya memberikan racun bukan melakukan yang baik. Bagi orang yang rendah hati sanjungan itu tidak ada artinya, tetapi yang mulai menyanjung itu mulai menjatuhkan orang. Dan orang yang pada tahap ini, dengan sombongnya menyatakan “saya patut dipuji”, orang ini akan jatuh ke tangga keenam dan semakin turun lagi ke tangga ketujuh.

Tangga Ketujuh Kesombongan: Kecandangan atau Presumsi

     Tangga yang ketujuh ialah kecandangan atau presumsi. Bila seseorang mengira bahwa dia itu lebih baik daripada orang lain, maka ia akan berusaha untuk tampil ke depan umum agar selalu menjadi yang nomor satu dalam pertemuan maupun dalam diskusi. Seringkali tanpa diundang datang ke suatu pertemuan, dan kalau ada persoalan atau diskusi yang sudah selesai ia akan mengungkit-ungkit lagi dan membahas hal-hal yang sudah selesai. Karena dia mengira tidak ada sesuatu yang baik, semuanya dicela bahkan berani mengkritik orang-orang yang tidak melakukan apa yang tidak ia lakukan. Orang ini berani juga mengkritik orang-orang yang duduk sebagai pengambil keputusan atau bahkan hal apapun selalu dikritiknya. Pada jaman kita orang seperti ini begitu sombongnya bahkan menyatakan dirinya lebih hebat daripada Paus, sehingga kalau Paus berbicara selalu dikritik habis-habisan untuk menunjukkan ‘saya tahu atau saya hebat’. Bukan hanya Paus, semua orang saja dikritik habis-habisan, juga mengkritik apa yang dikerjakan orang lain dan sebagainya.

     Kalau dia diberi tugas yang tidak begitu penting, maka dia akan marah-marah dan memberontak. Dia mengambil tugas-tugas yang melampaui kekuatannya. Sehingga akhirnya ia melakukan kesalahan-kesalahan. Dengan demikian pimpinanlah yang bertugas untuk menegur dia, tetapi umumnya orang seperti itu tidak akan mau mengakui kesalahannya. Kalau ditegur ia tidak akan terima teguran tersebut. Orang ini tidak terima kalau orang lain berpikir tentang dia, jika ditunjukkan kesalahannya maka ia semakin menjadi-jadi. Jikalau seseorang berusaha mencari-cari dalih maka orang itu sudah ke tangga ke delapan.

Tangga Kedelapan  Kesombongan: Pembelaan atau Pembenaran Diri

     Pembenaran diri sebenarnya membela kesalahan, orang membela diri artinya membela kesalahan. Tidak mau mengakui kesalahan tetapi membela diri, inilah tangga yang kedelapan. Banyak sekali cara-cara untuk melakukan pembelaan diri yang sebenarnya pembelaan terhadap dosa. Orang ini bisa mengatakan ‘saya tidak melakukannya’ terhadap suatu kesalahan atau kelalaian yang ia perbuat dan menyalahkan orang lain. Jika ia berbuat salah ia tidak terima, ia berputar-putar untuk membenarkan diri. Kalau ia melakukan kesalahan besar, orang ini akan memberikan alasan bahwa ia tidak bermaksud melakukan kesalahan itu. Ini merupakan pembelaan terhadap kesalahan-kesalahan, dan bukannya membela kebenaran. Kalau ia tidak bisa lolos, seperti Adam dan Hawa yang “tertangkap basah” melakukan dosa maka orang-orang ini akan saling menyalahkan dan tidak berani bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuatnya.

     Orang ini  selalu mengatakan bahwa ia digoda oleh orang-orang lain dan tidak merasa malu melakukan kejahatan tertentu, bahkan kalau ‘ketahuan’ ia berusaha membela atau menutupinya. Jika terjadi dalam biara, ia tidak terbuka kepada pemimpin atau pembimbing rohaninya, sehingga orang ini sulit ditolong jika ia jatuh dalam kelemahannya. Kalaupun ia mengaku dosa, ia mengaku dosa pada orang yang tidak dikenal, itupun seringkali ditutupinya. Bila mengalami godaan-godaan ia tidak akan membicarakan pada pembimbingnya karena takut nilainya akan turun.

Tangga Kesembilan Kesombongan: Pengakuan yang Tidak Jujur
 
     Kita sampai pada tangga kesembilan yakni pengakuan yang tidak jujur atau pengakuan yang jahat dan tidak benar. Yang dimaksud disini ialah orang melakukan pengakuan pura-pura supaya dilihat rendah hati, tetapi sebenarnya menunjukkan kesombongan yang lebih besar. Pengakuan ini lebih berbahaya daripada membela kesalahan dengan keras kepala. Ada orang-orang tertentu yang ditegur karena perbuatan-perbuatan salah dan tidak bisa menghindar sebab faktanya sangat jelas. Orang ini memberikan dalih-dalih yang tidak bisa diterima lalu mencoba mencari jalan keluar dengan pembelaan diri yang cerdik yaitu menjawab dengan pengakuan yang sombong. St. Bernardus mengatakan, “Wajahnya akan menjadi sedih dan kemudian membungkuk sampai mencium tanah”. Bahkan sampai mengeluarkan air matanya, supaya dilihat orang ia sedang bertobat dengan penuh kesungguhan.
 
     Mereka memberikan penjelasan, diselingi dengan seruan mengaduh seolah-olah ia sungguh-sungguh menyesal. Orang seperti ini tidak berusaha membela kesalahannya, tetapi justru melebih-lebihkan kesalahannya. Kemudian ia mengakukan kejahatan seolah-olah kesalahan yang dilakukannya tersebut tidak dapat diampuni, sehingga orang yang menegurnya menjadi bingung karena timbul suatu pertanyaan, “Benarkah ia melakukan kesalahan itu, mungkinkah tuduhan itu keliru”. Orang ini berusaha menutupi kejahatan mereka dengan pengakuan yang palsu. Pada waktu berbicara, pengakuannya patut dipuji tetapi sebetulnya menutupi hati yang jahat. Setelah itu,yang mendengarkan pengakuan tersebut dapat berpikir apa yang dikatakannya tidak terlalu tepat tetapi mengagumi kerendahan hatinya, sehingga dia akan ingat sabda kitab suci “orang benar menjadi penuduh bagi dirinya sendiri”, artinya menyadari dosanya dan menuduh dirinya sendiri di hadapan Allah.
 
     St. Bernardus mengatakan “Di hadapan manusia orang itu senang diadili bahwa ia tidak benar daripada dipandang tidak memiliki kerendahan hati, tetapi dalam pandangan Allah ia tidak memiliki kedua-duanya”. Tidak ada kebenaran dan tidak ada kerendahan hati di dalam hatinya, ia sungguh-sungguh bersalah dan tidak dapat menutupi kesalahannya namun ia mencoba untuk mengambil sikap bertobat, tetapi bukan dengan hati yang sungguh bertobat. Semua pertobatannya hanya sandiwara belaka. Orang ini berharap kesalahannya dilupakan orang, supaya dianggap dia itu memiliki kerendahan hati mau mengakui kesalahan-kesalahannya, tetapi sebetulnya semua hanya sandiwara.

     Hal tersebut tidak datang dari hatinya, selain itu dosanya tetap tinggal dalam dirinya. Disini kesombongan memakai topeng kerendahan hati, supaya tidak diketahui orang lain dan disebut kerendahan hati yang menggelikan. Seorang abas yang bijaksana akan cepat mengetahui hal ini karena ia tidak mau ditipu dalam permainan kerendahan hati yang palsu dan dia tetap berpegang pada kesalahan itu dan tidak akan membiarkan kesalahan itu. Abas tersebut akan segera mengambil tindakan untuk menjatuhkan hukuman atau penitensi untuk kebaikan umum demi pertobatan orang itu sendiri. Orang itu tidak akan bisa terima, namun dari pihak lain ia akan berusaha untuk menerima dengan tenang, ia akan mencoba menunjukkan bahwa ia seorang yang rendah hati, padahal hanya ”suatu kepura-puraan saja”.

     Orang ini tidak bisa menerima dan merasa diperlakukan tidak adil bahwa pimpinan tidak adil kepada dia dan ia mulai mengeluh. Dalam hal ini, ia tidak berada dalam kerendahan hati melainkan ia sudah jatuh ke dalam tangga kesembilan dalam kesombongan ini, yaitu pengakuan yang tidak benar. Orang seperti ini merasa bahwa orang lain tidak percaya kepadanya dan usaha sandiwaranya diketahui, maka dia akan mulai berontak dan jatuh ke dalam tangga pemberontakan.

Tangga Kesepuluh Kesombongan: Pemberontakan

     Hanya rahmat Tuhan yang besar saja, dapat memberikan kepada orang ini kemampuan untuk menerima hukumannya dengan tenang. Akan tetapi, bagi orang seperti ini sangat sulit sekali, kadang-kadang terjadi kalau sudah terdesak ia bertobat dan memang terjadi dengan teguran yang keras orang bertobat atau sebaliknya ia memberontak sampai pada tahap ini. Kalau sebelumnya ia memperlakukan saudara-saudaranya dengan kesopanan yang pura-pura, sekarang ia terang-terangan menyatakan ketidaktaatan dengan meremehkan wibawa pimpinan.

     Menurut St. Bernardus, tangga-tangga yang dibagi menjadi dua belas tangga sebetulnya dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama ialah keenam tangga yang pertama dijumpai adanya penghargaan yang kurang terhadap saudara-saudara atau memandang remeh saudara-saudara yang lain. Kelompok kedua ialah empat tangga berikutnya dia mulai meremehkan kewibawaan dan kelompok ketiga yakni dua tangga terakhir yang ada unsur penghinaan kepada Allah.

     St. Bernardus mengatakan bahwa seseorang sebelum masuk biara, harus memiliki kerendahan hati yang melawan kesombongan ini. Jika seseorang masuk ke dalam biara, ia harus mempunyai kerelaan untuk taat, kalau tidak mau taat ia tidak dapat masuk biara. Orang yang mencintai Allah harus sungguh taat dan segenap hati patuh kepada pimpinannya. Di dalam ketaatan kepada Allah melalui pemimpinnya dan pembimbing rohaninya orang tersebut dibentuk dan bertumbuh dalam kerendahan hati yang sejati. Akan tetapi, jika seseorang mulai meremehkan pimpinan, ia akan mudah jatuh dalam kelemahannya. Salah satunya ialah membuat skandal dalam biara. Artinya ia melakukan tindakan-tindakan yang menjadi batu sandungan bagi orang lain, dan terus jatuh sampai pada tangga kesombongan yang kesebelas yaitu berdosa dengan bebas.

Tangga Kesebelas Kesombongan: Berbuat Dosa Dengan Bebas

     Sesudah tangga kesepuluh yaitu pemberontakan, orang tersebut akan turun ke tangga kesebelas, dia akan menjalani jalan sesuatu yang menarik bagi manusia, tetapi akan berakhir di neraka. Bila Allah dalam kerahiman-Nya yang besar tidak mencegah orang tersebut, maka dia akan sampai kepada suatu keadaan untuk “meremehkan Allah”. Sebab bila kejahatan itu terus berkembang, muncullah apa yang disebut peremehan atau pelecehan, ia akan jatuh pada tangga kesebelas yaitu kebebasan untuk berbuat dosa, orang yang meremehkan bahkan melecehkan kewibawaan sesamanya dan pimpinannya sehingga ia melecehkan kewibawaan Allah. Seringkali orang ini menjadi sangat ‘mengerikan’, karena itu ada ungkapan dikatakan “Kejatuhan orang yang baik itu sangat mengerikan” atau dalam bahasa latinnya “Corruptio Optimi Pessima”.

     Kita jumpai orang-orang yang murtad dan keluar dari Gereja Katolik cukup sering terjadi karena pemberontakan-pemberontakannya, misalnya seorang imam yang murtad akan menjadi jauh lebih jahat daripada awam yang jahat. Karena dari keadaannya yang baik dan tinggi turun merosot semakin dalam, kita jumpai musuh-musuh Gereja Katolik yang hebat berasal dari mantan imam atau mantan suster, contohnya seperti dijumpai di Amerika yang banyak menyerang Gereja Katolik adalah mantan imam dan mantan suster.

     Suatu ketika, ada perdebatan yang ditayangkan dalam televisi antara tokoh komunis dan seorang Kardinal dari Gereja Katolik. Dari pihak komunis menampilkan seorang saksi yang berasal dari mantan imam yang berbicara dengan penuh kepahitan dan kebencian serta mengecam Gereja Katolik dengan keras, sedangkan Kardinal ini menampilkan seorang wanita muda sebagai saksinya. Seorang komunis yang bertobat, wanita muda ini berbicara dengan wajah yang berseri-seri dan penuh sukacita, berbicara tentang Cinta kasih Allah. Wanita ini bersyukur bahwa di dalam Gereja Katolik dia mampu mengalami kasih-Nya yang memperbaharui seluruh hidupnya. Jadi, kita lihat kejatuhan orang baik itu sungguh mengerikan, kita lihat pada mantan imam ini yang berbicara dengan penuh kepahitan dan mengecam keras Gereja Katolik. Akan tetapi, berbeda jauh sekali dengan wanita muda ini yang berbicara dengan wajah berseri-seri, dipenuhi dengan sukacita dari Tuhan tanpa kebencian sedikitpun mengatakan betapa Allah mengasihinya dan menerimanya dalam Gereja-Nya yang kudus.

     Orang ini tidak bisa dikendalikan dan dengan bebas melakukan dosa-dosa, serta tidak takut pada sesamanya dan pimpinannya. Namun ia belum kehilangan takut akan Allah, ia masih memilih akal budi yang baik. Ia terus melakukan pemberontakan dan ragu-ragu, ia seperti orang yang menyeberangi sungai yang deras daripada orang yang masuk dalam aliran sungai kebejatan atau dosa. Akhirnya jika ia tidak bertobat dan terus jatuh pada dosa kesombongan ini, ia terus merosot sampai pada tangga yang keduabelas yakni kebiasaan untuk berdosa.

Tangga Keduabelas Kesombongan: Kebiasaan Untuk Berbuat Dosa

     Orang ini sedikit demi sedikit kehilangan rasa “Takut akan Allah” karena seringkali berbuat dosa. Mula-mula timbul keragu-raguan dalam dirinya ketika melakukan suatu dosa, namun karena ia terus jatuh dalam dosa, bahkan dosa yang besar dan terus menerus mengulangi dosa-dosanya, ia mulai kehilangan rasa berdosa dan meremehkan Allah. Suara hatinya perlahan-lahan menjadi mati, dan orang ini mulai dikuasai hawa nafsu dan kejahatan yang dilakukannya. Ia diperbudak oleh hawa nafsunya, dan dalam hatinya mengatakan “tidak ada Allah” dan menyangkal adanya Allah. Memang pada jaman dahulu, orang belum menyangkal adanya Allah, tetapi di jaman ini dijumpai orang-orang tertentu yang menyangkal adanya Allah.

     Jikalau seorang yang bertumbuh dalam kerendahan hati, dengan mudah melakukan kebaikan setiap hari dengan kerinduan yang besar. Sebaliknya, orang yang jahat yang terus turun dalam tangga kesombongan, ia semakin menanti kematiannya tanpa takut dan berarti ia tidak takut melakukan kejahatan-kejahatannya. Karena kejahatan itu sudah di luar kendalinya, akal budi dan takut akan Allah bahkan rasa telah berbuat dosa tidak lagi menguasainya, sehingga ia terus menerus berbuat dosa. Orang yang berada di tengah-tengah, entah sedang naik atau turun biasanya berjuang untuk naik dan tidak turun, hanya orang yang mencapai tingkat kerendahan hati yang tinggi atau yang bertumbuh dalam kebajikan-kebajikan dengan mudah maju, seolah-olah tanpa perjuangan. Begitu juga orang yang bergerak dari dasar kesombongan dalam kejahatan akan semakin jatuh dalam kejahatan dengan lebih mudah. Orang yang memiliki kerendahan hati yang sejati akan memiliki cinta kasih yang besar. Cinta itu akan mendorong dia untuk menolong, sebaliknya hawa nafsu membuat orang tidak mampu bekerja sehingga tidak memperdulikan orang lain.

Penutup

     Dari tingkat-tingkat kesombongan yang telah kita peroleh dari ajaran rohani St. Bernardus dari Clairvaux, kita harus menyadari betapa ngerinya apabila orang jatuh ke dalam dosa kesombongan ini. Dengan demikian marilah kita harus berusaha dengan bantuan rahmat Tuhan, untuk mengalahkan kesombongan ini dan bertumbuh dalam kerendahan hati yang sejati.

(Ditulis kembali dari kaset pengajaran Rm. Yohanes Indrakusuma oleh: fr. Serafim Maria)

Kamis, 01 April 2010

Menikah dengan "SEJUTA"

Nikah ada yang bilang gampang, ada yang bilang susah. Susah karena kita ga punya modal untuk menikah. Padahal asal kita punya modal sejuta aja, nikah bisa mudah dilaksanakan. Justru dengan modal ini setiap pernikahan bisa menjadi pernikahan yang bahagia, nyaman, dan harmonis. Dan saya rasa banyak kok yang mengharapkan modal segini dipunyai oleh setiap calon pasangannya.
Lalu bagaimana caranya dengan modal sejuta kita bisa mudah menikah?
Sebentar, jangan salah sangka dulu ya, sejuta disini bukannya uang 1 juta tapi SEtia JUjur dan TAat.
Mudah2an dengan modal ini pernikahan kita akan harmonis, bahagia dan diberkati Tuhan.
SEtia merupakan pondasi dari setiap hubungan, tidak akan awet setiap hubungan jika salah satu atau kedua pasangannya tidak setia.
JUjur adalah sesuatu yang dituntut dalam membangun komunikasi yang baik. Komunikasi pasangan suami istri merupakan kunci sukses kebahagiaan di dalam keluarga.
TAat sebagai syarat mencintai dan memperlakukan pasangan atas nama Tuhan. Sehingga kita akan lebih bijaksana dalam menyikapi kekurangan pasangan, masalah yang datang, sampai ujian berupa kebahagiaan.
Begitu.
God Bless

Selasa, 23 Maret 2010


Persyaratan peserta Sertifikasi Depag-Diknas 2010

  1. Persyaratan Umum
    1. Guru yang masih aktif mengajar di sekolah di bawah binaan Departemen Pendidikan Nasional yaitu guru yang mengajar di sekolah umum, kecuali guru Agama. Sertifikasi guru bagi guru Agama (termasuk guru Agama yang memiliki NIP 13) dan semua guru yang mengajar di Madrasah (termasuk guru bidang studi umum yang memiliki NIP 13) diselenggarakan oleh Departemen Agama dengan kuota dan aturan penetapan peserta dari Departemen Agama. Sesuai Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal PMPTK dan Sekretaris Jenderal Departemen Agama Nomor SJ/Dj.I/Kp.02/1569/2007, Nomor 4823/F/SE/2007 Tahun 2007.
    2. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan formal yang belum memiliki sertifikat pendidik. Pengawas satuan pendidikan yang dapat mengikuti sertifikasi guru adalah pengawas yang diangkat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, 1 Desember 2008 (PP No 74/2008 Pasal 67).
    3. Guru bukan PNS harus memiliki SK sebagai guru tetap dari penyelenggara pendidikan, sedangkan guru bukan PNS pada sekolah negeri harus memiliki SK dari dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota.
    4. Belum memasuki usia 60 tahun.
    5. Memiliki atau dalam proses pengajuan nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).
  2. Persyaratan Khusus untuk Uji Kompetensi melalui Penilaian Portofolio
    1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dari program studi yang memiliki izin penyelenggaraan
    2. Memiliki masa kerja sebagai guru (PNS atau bukan PNS) minimal 4 tahun pada suatu satuan pendidikan dan pada saat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terbit yang bersangkutan sudah menjadi guru. (Contoh perhitungan masa kerja lihat urutan prioritas penetapan peserta)
    3. Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang belum memiliki kualifikasi akademik S-1/D-IV apabila sudah:
      1. mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau
      2. mempunyai golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a.
  3. Persyaratan Khusus untuk Guru yang diberi Sertifikat secara Langsung
    1. Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki kualifikasi akademik magister (S-2) atau doktor (S-3) dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran yang diampunya, atau guru kelas dan guru bimbingan dan konseling atau konselor, dengan golongan sekurang-kurangnya IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b.
    2. Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki golongan serendah-rendahnya IV/c atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/c.

Sabtu, 13 Maret 2010

Amankah Rumah Anda?


Artikel ini sebenarnya bukan untuk menakut-nakuti, namun untuk membantu mengurangi resiko terlukanya bayi Anda di lingkungan rumah Anda. Walaupun pasti tidak akan ada rumah yang 100% aman, mudah-mudahan informasi berikut dapat Anda gunakan sebagai tindakan pencegahan.
5 Jenis Kecelakaan yang Paling Banyak Terjadi
  1. Jatuh - Sepertinya tidak terlalu mengherankan ya, bahwa terjatuh merupakan kecelakaan yang paling sering terjadi pada bayi di seluruh dunia? Bagaimana tidak, bayi kan terlebih dahulu belajar memanjat dan menaiki berbagai objek, sedangkan belajar turunnya belakangan…
  2. Keracunan - Kebanyakan yang menyebabkan keracunan pada bayi dan anak-anak adalah larutan pembersih serta obat-obatan yang berwarna warni serta menarik perhatian mereka.
  3. Tenggelam - Proses tenggelam berlangsung cepat dan hening, inilah bahayanya. Berdasarkan laporan kasus yang terjadi, kebanyakan mereka yang tenggelam “melibatkan” kolam renang, bak mandi, ember, WC dan wadah air lainnya.
  4. Luka Bakar - Di antara kelima jenis kecelakaan ini, luka bakar merupakan yang paling fatal karena tubuh si kecil dapat menyerap asap lebih cepat, sehingga sangat mudah untuk mengalami kesulitan bernafas.
  5. Sulit Bernafas - Kecelakaan ini banyak melibatkan kegiatan tidur si kecil. Entah karena posisi tidur yang salah, tertindih oleh orang tuanya yang tidur di dekatnya, atau bahkan tersedak benda-benda kecil seperti koin, kancing, mainan, popcorn, kue dan lain-lain.
Keamanan di Dapur
  1. Jangan biarkan gagang panci atau wajan menghadap ke luar kompor ketika sedang memasak
  2. Simpan pisau, pecah belah serta alat masak lainnya di dalam lemari yang terkunci dan tidak mudah dibuka oleh si kecil
  3. Hindari penggunaan taplak meja. Bayi Anda bisa menariknya dan menjatuhkan benda-benda yang berada di atasnya
  4. Jangan membiarkan peralatan pembersih lantai tidak terawasi. Bayi Anda bisa tenggelam walaupun pada air sedalam 3 cm
  5. Hindari memasak sambil menggendong bayi Anda
Keamanan di Kamar Mandi
  1. Hati-hati jika Anda menggunakan pemanas air di kamar mandi Anda. Anda bisa mematikannya jika tidak terpakai. Jangan sampai bayi dan anak Anda mengalami luka bakar karena bermain dengan keran air panas
  2. Jika Anda memiliki kloset duduk, sebaiknya Anda menggunakan pengunci khusus, sehingga si kecil tidak bisa membuka penutupnya
  3. Letakkan sabun, shamppo, pembersih lantai serta obat-obatan lainnya pada tempat yang tidak terjangkau oleh si kecil
  4. Rak-rak yang ada di kamar mandi sebaiknya diberi pintu dan dikunci. Walaupun tidak da benda yang berbahaya di dalamnya, namun bayi dan anak Anda bisa berusaha untuk memanjatnya jika ia dibiarkan terbuka
Keamanan di Ruang Tidur
  1. Jangan membiarkan ranjang bayi Anda penuh dengan boneka. Ini bisa membuatnya kesulitan bernafas
  2. Jangan membiarkan bayi Anda tidak terawasi ketika berada di atas tempat tidur dan tempat tinggi lainnya untuk menghindari ia terjatuh
  3. Singkirkan tali gordyn, tali bantal dan sebagainya untuk menghindari bayi Anda terjerat olehnya
  4. Mainan yang sudah tidak utuh sebaiknya Anda singkirkan, karena bagian-bagian yang copot bisa membuat si kecil tersedak
  5. Pastikan bayi Anda tidak bisa memasukkan kepalanya di antara jeruji ranjangnya. Ranjang bayi model lama mungkin tidak memperhatikan jarak antar jeruji sehingga bisa menyebabkan anggota badan si kecil terjepit atau terperangkap di antaranya
Keamanan di Ruangan Lain
  1. Sebaiknya Anda menggunakan meja dan perabotan yang berukuran lebar dan tidak beroda. Ini untuk mencegah bayi dan anak Anda tertindih ketika bermain di dekatnya
  2. Amankan lemari, rak buku dan perabotan berat lainnya dengan mematenkannya ke dinding rumah Anda, sehingga tidak mudah terjatuh
  3. Hati-hati juga meletakkan hiasan dinding, jangan sampai terjangkau oleh si kecil
  4. Sembunyikan kabel-kabel alat elektronik Anda, baik dengan menempatkannya di belakang perabotan, atau dengan menggunakan penutup kabel. Kabel yang berantakan bisa membuat bayi Anda tersedak karena mengunyahnya, ataupun terjerat. Amankan juga stop kontak di rumah Anda dengan menggunakan penutup
  5. Letakkan tempat sampah di mana bayi tidak bisa menjangkaunya atau gunakan tempat sampah yang bertutup
  6. Simpan semua alat tulis kantor (ATK) di tempat yang aman setiap kali Anda selesai bekerja. Alat sederhana seperti bolpen, tinta, klip kertas, lem dan sebagainya memang tidak terlihat berbahaya, namun bisa sebaliknya untuk bayi Anda
Yah, walaupun tentu saja Anda tidak bisa mengawasi bayi Anda setiap detik setiap waktu, namun mudah-mudahan berbagai tips di atas bisa membantu mengurangi resiko kecelakaan padanya selama ia berada di rumah. Dan terakhir, jangan menyepelekan kemampuan bayi Anda. Ia bisa melakukan hal-hal yang berada di luar dugaan Anda…

10 tips hidup sehat secara alkitabiah


Alkitab tidak menulis secara keseluruhan bagaimana kehidupan orang Israel jaman dulu, terutama mengenai kesehatan. Ada baiknya melengkapi tulisan di bawah ini, bisa membaca referensi buku buku rohani yang menulis gaya hidup sehat.

10 tips hidup sehat secara alkitabiah :

1. Bersukacita senantiasa ;
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.amsal 17:22
2. Berusahalah menjaga kekudusan dan mengejar kebenaran dalam tingkah laku ;
Ada orang-orang menjadi sakit oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab kesalahan-kesalahan mereka. Mazmur 107:17

3. Perkatakan sesuatu yang baik dan positif ;
Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang. Amsal 16:24

4. Jangan menyimpan sakit hati ;

1. Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati. Ayub 5:2
2. Yang lain mati dengan sakit hati, dengan tidak pernah merasakan kenikmatan. Ayub 21:25
3. Mataku mengidap karena sakit hati, rabun karena semua lawanku. Mazmur 6:7

5. Banyak makan sayuran ( belajar seperti kambing yang makan rumput yang tidak pernah mengalami penyakit kronis seperti : kanker, gagal ginjal, kolesterol, dll )

"Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum; Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja.

Kemudian penjenang itu selalu mengambil makanan mereka dan anggur yang harus mereka minum, lalu memberikan sayur kepada mereka. Daniel 1:12-16

6. Banyak makan buah-buahan :
Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat." Yehezkiel 47:12

7. Makanlah Madu ;

1. Tetapi Yonatan tidak mendengar, bahwa ayahnya telah menyuruh rakyat bersumpah. Ia mengulurkan tongkat yang ada di tangannya dan mencelupkan ujungnya ke dalam sarang madu; kemudian ia mencedoknya ke mulutnya dengan tangan, lalu matanya menjadi terang lagi. 1 Samuel 14:27

1. Anakku, makanlah madu, sebab itu baik; dan tetesan madu manis untuk langit-langit mulutmu. Amsal 24:13

8. Minum sedikit anggur :
Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah. 1 timotius 5:23

9. Dalam jaman dulu, roti atau manna dan ikan salah satu yang menjadi makanan sehari hari bagi orang Israel. Yang dimaksud roti disini adalah roti gandum yang berwarna kecoklatan. Ada juga manna, Juga ikan dimana Yesus juga menyantapnya.

A. Adapun manna itu seperti ketumbar dan kelihatannya seperti damar bedolah.
Bangsa itu berlari kian ke mari untuk memungutnya, lalu menggilingnya dengan batu kilangan atau menumbuknya dalam lumpang. Mereka memasaknya dalam periuk dan membuatnya menjadi roti bundar; rasanya seperti rasa panganan yang digoreng. Bilangan 11:7-8

1. Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Lukas 24:42-43

10 .Minyak Zaitun Murni
Tidak ditulis secara detail dalam Alkitab. Menurut buku yang ditulis oleh Benny Hinn, minyak zaitun murni sangat baik untuk kesehatan. Berbeda dengan minyak goreng yang beredar seperti sekarang ini. Harganyapun cukup mahal.

Ada begitu banyak lagi yang bisa ditulis mengenai kesehatan dalam Alkitab. Seperti dalam kitab Imamat 11:1-47, ada beberapa hewan yang tidak boleh dimakan dikarenakan najis. Sebenarnya ada maksudnya kenapa Tuhan melarang kita makan binatang tersebut, karena dalam unsur kesehatan, beberapa hewan tersebut mengandung zat zat yang tidak baik dalam tubuh manusia.
DOA & PUASA

I Yohanes 5:14
“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.”

Matius 6:16-18
"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

A. DOA (PRAY)

A.1. ETIMOLOGI

“Doa” dalam bahasa Ibrani adalah p?lal (verb); bhs Inggris : “to pray (Kej. 20:7; Bilangan 21:7), intervene (Ul. 9:20, 1 Sam. 12:23), mediate (1 Sam. 2:25), judge (Mazmur 106:30)”. Dalam bahasa Greek terdapat beberapa pengertian antara lain : 1). “Euchomai” yang mengandung arti “wish”=ingin/keinginan (3 Yoh. 1:2), “wish for”=mengharapkan (Kis. 26:29). 2). “Proseuchomai” (Rom. 8:26; Ef. 6:18; Filipi 1:9). 3). “Er?ta?”=”to ask”=“meminta” (Yoh. 17:9,15, 20), “memohon” (1 Yoh. 5:16). 4). “Deomai”=“to desire”=“hasrat/keinginan” (2 Kor. 5:20).

A.2. TERMINOLOGI

Doa adalah berbicara dengan Allah; berbakti kepada Allah, bersyukur kepadaNya dan memohon sesuatu daripada Allah. Doa adalah “leher” yang menghubungkan “kepala” (Kristus) dengan “tubuh” (Anak-anakNya) dalam bentuk interaktif yang mesra dimana Kristus memberi perhatian dan jawaban-jawaban kepada anak-anakNya yang datang meminta, mencari & mengetok (Matius 7:7-8). Doa adalah keterpautan “roh, jiwa & tubuh” manusia dengan TUHAN Allah dalam suatu waktu, ruang & kondisi/keadaan.

A.3. MENGAPA ORANG KRISTEN HARUS BERDOA ?
Doa atau berdoa adalah kata yang sangat populer yang dikenal oleh semua orang, baik Kristen maupun yang bukan Kristen. Doa dalam pengertiannya yang secara universal selalu berhubungan dengan sesuatu yang berada di luar kehidupan normal seorang manusia yang lebih bersifat supranatural. Doa adalah suatu dimensi yang berhubungan dengan alam roh. Semua orang dapat berdoa sesuai dengan keyakinan atau sesuatu yang dipercayainya memiliki kuasa yang diluar kekuatan/kuasa manusia biasa. Sehingga doa juga merupakan suatu “medan magnit” yang menggambarkan hubungan antara manusia dengan sesuatu roh supranatural diluarnya.

Secara teologis Kristiani, kehidupan manusia selalu diperhadapkan pada dua kutub medan magnit yang sangat kuat daya tariknya. Pertama, kutub medan magnit yang datang/berasal dari TUHAN Allah sang Pencipta dalam nama TUHAN YESUS KRISTUS, yang menarik kita dengan kekuatan kasihNya kedalam kehidupan yang kekal. Kedua, asalnya dari si Iblis, bapa dari segala dusta yang berusaha menarik manusia untuk mengikuti segala dustanya dan akan berakhir dalam nyala api neraka untuk selama-lamanya (Yoh. 8:44).
Sebagai orang-orang yang hidup dalam anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan Yesus, kita harus selalu berdoa kepada Allah Bapa di surga yang menandakan suatu bentuk hubungan yang intim denganNya.
Mengapa harus selalu berdoa ?
Alkitab memberi beberapa alasan mendasar, mengapa setiap orang Kristen harus selalu memiliki kehidupan doa yang permanen/berkesinambungan.
1. Membangun dan membina komunikasi penuh keakraban dengan Allah Bapa sehingga dapat mengenal rencana dan kehendakNya dalam kehidupan kita. (Mat. 6:6, Roma 1:10; 8:27-28).
2. Mengenal pribadi dan kasih Yesus (Efesus 3:18-19; Filemon 1:6)
3. Mohon petunjuk TUHAN (KPR. 1:24).
4. Mohon diperlengkapi dengan kuasa ROH KUDUS untuk berani menyampaikan firman Tuhan kepada banyak orang (KPR. 4:31).
5. Mohon pengampunan atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuat (Lukas 11:4).
6. Mohon kekuatan Allah memampukan menghadapi penderitaan (Lukas 22:41-44; Yakobus 5:13).
7. Supaya jangan jatuh dalam pencobaan yang dapat mengakibatkan gugurnya iman (Matius 26:41; Lukas 22:31-32)
8. Supaya orang lainpun dapat menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat (KPR. 26:29; Kolose 4:3; 2 Tes. 3:1).
9. Supaya terjadi pemulihan, baik secara jasmani maupun rohani sehingga dapat memberi semangat/hidup baru dalam mengiring dan melayani TUHAN (Maz. 41:4; 80:4; 85:5; 126:4).
Dengan doa, kita diberi kesanggupan untuk bertindak dalam segala hal menurut kehendak TUHAN. Kesanggupan
untuk merasakan kasih, untuk berbicara menurut hukum kasih, dan untuk melakukan segala sesuatu yang selaras
dengan hukum kasih seperti yang tercatat dalam Alkitab.
Allah dapat menolong kita. Pertolongan yang diberikanNya, jauh lebih besar dari yang dapat dilakukan seorang ayah (secara biologis) kepada anaknya. Dialah Allah Bapa kita yang sangat mengasihi kita. Kita membutuhan hal-hal yang baik dari Allah untuk membantu kita “berlaku adil, mencintai belas kasihan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu (Mikha 6:8). Kita membutuhkan bantuan Allah untuk bertindak secara persaudaraan, dengan bijaksana dan mulia, untuk menghakimi dengan jujur dan dengan kasih sayang. Bantuan Allah untuk melakukan semua hal ini menurut cara Allah diperoleh dengan doa (Matius 7:7).

A.4. PRINSIP-PRINSIP DOA

“Saya telah menjadi orang Kristen bertahun-tahun lamanya tetapi saya mendapati doa itu benar-benar sangat membosankan. Saya sudah membaca sejumlah buku tentang doa, tetapi tidak ada yang memberikan saya penanganan masalah itu. Saya malu karena tidak pandai berdoa dan tidak bisa berdoa untuk waktu yang lama seperti doa syafaat. Saya terlalu sibuk dan terlalu capek, sehingga tidak memiliki sedikit waktu walau hanya 5 menit untuk berdoa. Saya tidak tahu dari mana harus mulai berdoa. Saya tidak bisa berdoa karena tidak layak; dosa saya terlalu banyak dan tidak mungkin diampuni semuanya. Saya tidak bisa berkonsentrasi setiap kali hendak berdoa karena pikiran yang kacau.”

Alasan-alasan seperti yang terkutip di atas, sering dijumpai dalam kehidupan kebanyakan orang Kristen ( -- mungkin --, sama seperti saya yang sedang mengikuti PA ini).

Kita haruslah menyadari bahwa tingkat kemajuan dalam kehidupan Kristen sangat ditentukan oleh kekuatan kita dalam doa. Jika tidak berdoa maka kita tidak bertumbuh secara rohani. Kita harus bisa menerapkan prinsip-prinsip doa yang benar, yang dapat menolong membentuk pola doa yang efektif. Tidak cara lain untuk masuk dalam kehidupan Kristen yang berhasil dan berkemenangan tanpa praktek doa yang disiplin.

Banyak orang Kristen merasa sulit berdoa. Beberapa menggunakan doa yang tercetak. Beberapa lagi, menghafalkan urutan kalimat yang digunakan pada awal dan akhir dari doa. Yang lainnya, yakin bahwa doa itu hanya bermakna bila diucapkan secara spontan, berdoa hanya saat mereka merasa ingin berdoa.

Penerapan kehidupan Kristen yang paling penting tidak bisa diserahkan pada perasan yang tidak dapat diramalkan. Seiap orang Kristen perlu membangun pendekatan doa yang sistematis untuk dirinya sendiri – yang sederhana dan tidak rumit tetapi cukup untuk memberikan pertumbuhan rohani individu.

Berikut ini, ada beberapa prinsip doa yang dapat membantu kita untuk bisa berdoa secara efektif dan lebih berkuasa :

* Napaskan Doa untuk Pertolongan saat memulai. (Kisah Para Rasul 10:2).

Ketika kita berusaha mengembangkan doa yang lebih efektif, waspadalah dengan kenyataan bahwa iblis akan melakukan segala hal dengan kekuatannya untuk melemahkan perhatian kita ke hal lain. Iblis, musuh jiwa kita berusaha memutuskan napas rohani kita karena ia tahu bila hal ini dilakukan, kita mati atas kemauan kita sendiri. Kita harus menyadari, makin kita berdoa, kerohanian kita makin bertumbuh. Doa memeriahkan seluruh kehidupan. Jika doa ketinggalan, kehidupan merosot. Jika kita tahu bagaimana berdoa, kita tahu juga bagaimana untuk hidup, jika tidak maka kita hanya hidup.

* Tentukan Waktu yang Jelas. (Mazmur. 5:3).

Pertumbuhan dan perkembangan dalam kehidupan Kristen menuntut ketegasan diri kita sendiri dalam hal menetapkan waktu yang jelas untuk berdoa. “Orang yang tidak menyediakan waktu untuk saat teduh pada pagi hari, menyediakan waktu untuk saat yang tidak tenang di sepanjang hari itu”.

* Tetapi Janji untuk Tetap Berdoa (Pengkhotbah 5:1-5).

Kadangkala, doa bisa menjadi pekerjaan yang menjemukan. Jika waktu doa kita dilakukan hanya berdasarkan perasaan, maka saat teduh kita dengan Allah akan menjadi sangat jarang. Kita harus belajar berdoa dan menepati janji kita dengan Allah, baik kita merasa menyukainya ataupun tidak.

* Temukan Tempat yang Cocok untuk Berdoa. (Matius 6:6).
* Berdoalah dengan Rileks dan Mau Menerima (Daniel 3:17-18).
* Mulai Waktu Doa dengan Membaca Alkitab (Ibrani 4:12)
* Persembahkan Doa dalam Nama Yesus (Yoh. 14:13-14).
* Dengarkan Suara Tuhan (Wahyu 3:20; Yesaya 50:4b).
* Membuka Diri terhadap Aliran Roh Kudus (Roma 8:26; Efesus 5:18).
* Mengakali Pikiran yang Mengembara (2 Korintus 10:5).
* Puasa menambah Kualitas Doa (Matius 17:21, Matius 4:1).
* Pahami dan Terapkan Dasar-dasar Iman (Ibrani 11:1, 6; Yakobus 5:15-16)


B. PUASA (FAST)

B.1. ETIMOLOGI

Kata benda ‘puasa’ berasal dari kata tsom dalam bahasa Ibrani dan “n?steia”(noun) – “n?steu? (verb) dalam bahasa Yunani, fast (Ingg) yang berarti : a) dengan sukarela mengadakan pemantangan terhadap makanan (Lukas 2:37; Mat. 4:2). b) dengan terpaksa mengadakan pemantangan terhadap makanan (2 Kor. 6:5; 11:27).

B.2. TERMINOLOGI

Menurut Ensiklopedia Grolier, puasa adalah : Tindakan menjauhkan diri dari makanan, baik secara keseluruhan atau sebagian, untuk suatu masa tertentu.
Berpuasa adalah dengan sukarela dan dengan sengaja tidak makan dan minum dengan tujuan agar supaya dapat memusatkan pikiran terhadap doa. Atau dengan lain perkataan, puasa adalah suatu keputusan tindakan yang dengan kesadaran penuh menjauhkan diri dari makanan ataupun minuman untuk menambah kuasa yang lebih besar pada doa seseorang.

B.3. JENIS-JENIS PUASA

1. Puasa Normal, dilakukan tanpa makanan selama masa tertentu dan hanya memasukkan cairan. Lamanya bisa satu hari (Hakim-hakim 20:26).

2. Puasa Mutlak, dilakukan tanpa makanan atau air (Ester 4:16; Yunus 3:5-7).

3. Puasa Parsial, melibatkan penghilangan jam makan dalam sehari, atau menghilangkan makanan tertentu untuk suatu masa tertentu.

4. Puasa Bergilir, melibatkan penghindaran makan tertentu secara berkala.

B.4. TUJUAN BERPUASA

Untuk meremukkan jiwa (Mazmur 69:11).
- Untuk merendahkan diri (Ezra 8:21; Mazmur 35:13).
- Untuk mencari TUHAN (2 Tawarikh 20:3-4).
- Untuk bersiap dalam peperangan rohani (Matius 17:21).

B.5. MANFAAT BERPUASA

- Meletakkan tubuh pada tempatnya (1 Korintus 9:27).
- Memberikan kemenangan atas pencobaan (Matius 4:1-2).
- Mempertajam pengertian rohani kita sehingga memampukan kita mengambil keputusan yang benar (Matius 4:10).

B.6. KARAKTERISTIK PUASA YANG ALKITABIAH (Yesaya 58:3-9)

- Puasa Para Murid (Matius 17:21).
- Puasa Ezra (Ezra 8:23).
- Puasa Samuel (1 Samuel 7:6).
- Puasa Elia (1 Raja-raja 19:4-8).
- Puasa Janda (1 Raja-raja 17:16).
- Puasa Rasul Paulus (KPR. 9:9).
- Puasa Daniel (Daniel 1:8).
- Puasa Yohanes Pembaptis (Lukas 1:15).
- Puasa Ester (Ester 4:16’ 5:2).

C. KESIMPULAN

Tuhan telah menciptakan kita demikian rupa sehingga kita perlu mengetahui tujuan dan manfaat sesuatu, apabila kita dimotivasikan bekerja untuk hal itu. Mungkin sekiranya kita telah menyadari manfaat doa yang sesungguhnya, kita telah menjalankan kehidupan doa sejak lama. Motivasi bekerja atas dasar keinginan. Agar seorang bisa berdoa, ia harus belajar memiliki keinginan untuk berdoa. Untuk berdoa seperti yang dikehendaki oleh Alkitab, orang itu harus memperkembangkan suatu keinginan besar untuk berdoa. Saat yang paling tepat untuk berdoa adalah disaat kita tidak bisa berdoa. Dengan tetap berdoa, kita senantiasa berada dalam otoritas Allah yang maha dahsyat yang memampukan kita bertumbuh dan berkarya bagi Kristus.

Jika setiap orang Kristen berpuasa, hasil-hasilnya akan menggoncangkan lingkungan sekitar, seperti angin badai membengkokkan sebatang pohon. Orang Kristen akan menunjukkan bahwa mereka hidup dengan cara yang berbeda, bahwa iman mereka sangatlah penting, bahwa Yang Mahakuasa bekerja dalam hidup mereka sehari-hari. Jika seluruh gereja berpuasa, mereka akan bergerak maju dalam penginjilan, bersaksi dan memiliki jangkauan dalam mencukupi dan membantu sesama.

Melalui doa dan puasa, kita dapat memusatkan pikiran kita kepada Kristus yang memberi kuasa untuk melawan nafsu kita sendiri, kehendak daging kita sendiri, kehendak mata dan kebanggaan hidup pribadi. Tujuannya adalah supaya kita dapat menjalankan hidup yang suci dan murni di hadapan Tuhan. Melalui doa dan puasa, benteng pertahanan iblis dihancurkan, memutuskan belenggu kejahatan, membebaskan orang-orang yang tertindas dan memberikan kelepasan yang sempurna. Ketika seorang Kristen berdoa dan berpuasa, maka ia sementara menghimpun kekuatan dahsyat sebagai senjata pamungkas dalam menghadapi peperangan rohani. Imanuel….

POLA ASUH ORANG TUA

Setiap orang umumnya akan menikah dan memiliki anak. Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dan kita didik sedemikian rupa agar setelah mereka besar dapat menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara serta dapar membahagiakan dan membanggakan orang tua yang telah susah payah membesarkannya dengan cina dan kasih sayang.

A. Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua Kepada Anak :

1. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.

Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.

Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.

2. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.

Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.

Anaka yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

3. Pola Asuh Otoritatif

Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya.

Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.

B. Beberapa Tips Cara Mendidik Anak Kita Yang Baik :

1. Baik ibu dan ayah harus kompak memilih pola asuh yang akan diterapkan kepada anak. Jangan plin-plan dan berubah-ubah agar anak tidak menjadi bingung.

2. Jadilah orangtua yang pantas diteladani anak dengan mencontohkan hal-hal positif dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai anak dipaksa melakukan hal baik yang orangtuanya tidak mau melakukannya. Anak nantinya akan menghormati dan menghargai orang tuanya sehingga setelah dewasa akan menyayangi orangtua dan anggota keluarga yang lain.

3. Sesuaikan pola asuh dengan situasi, kondisi, kemampuan dan kebutuhan anak. Polas asuh anak balita tentu akan berbeda dengan pola asuh anak remaja. Jangan mendidik anak dengan biaya yang tidak mampu ditalangi orangtuanya. Usahakan anak mudah paham dengan apa yang kita inginkan tanpa merasa ada paksaan, namun atas dasar kesadaran diri sendiri.

4. Kedisiplinan tetap harus diutamakan dalam membimbing anak sejak mulai kecil hingga dewasa agar anak dapat mandiri dan dihormati serta diharga masyarakat. Hal-hal kecil seperti bangun tidur tepat waktu, membantu pekerjaan rumah tangga orangtua, belajar dengan rajin, merupakan salah satu bentuk pengajaran kedisiplinan dan tanggungjawab pada anak.

5. Kedepankan dan tanamkan sejak dini agama dan moral yang baik pada anak agar kedepannya dapat menjadi orang yang saleh dan memiliki sikap dan perilaku yang baik dan agamis. Anak yang shaleh akan selalu mendoakan orangtua yang telah melahirkan dan membesarkannya walaupun orangtuanya telah meninggal dunia.

6. Komunikasi dilakukan secara terbuka dan menyenangkan dengan batasan-batasan tertentu agar anak terbiasa terbuka pada orangtua ketika ada hal yang ingin disampaikan atau hal yang mengganggu pikirannya. Jika marah sebaiknya orangtua menggunakan ungkapan yang baik dan tidak langsung yang dapat dipahami anak agar anak tidak lantas menjadi tertutup dan menganggap orangtua tidak menyenangkan.

7. Hindari tindakan negatif pada anak seperti memarahi anak tanpa sebab, menyuruh anak seenaknya seperti pembantu tanpa batas, menjatuhkan mental anak, merokok, malas beribadah, menbodoh-bodohi anak, sering berbohong pada anak, membawa pulang stres dari kantor, memberi makan dari uang haram pada anak, enggan mengurus anak, terlalu sibuk dengan pekerjaan dan lain sebagainya.

ISTRI AYUB

Istri Ayub tidak disebutkan namanya di Alkitab, tetapi hampir semua orang ketika mendengar tentang istri Ayub selalu memiliki pandangan negatif. Tentu saja hal ini jelas-jelas dikarenakan ucapan istri Ayub yang hanya satu-satunya di Alkitab:
Ayub 2:9 Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"
Hanya dengan satu kalimat saja (atau boleh juga dihitung 2 kalimat), maka penghakiman terhadap istri Ayub jauh tertanam dalam hati banyak orang Kristen. Pada tulisan ini saya mencoba untuk membela istri Ayub dan mengajukan pertanyaan : Sanggupkah kita bersikap seperti istri Ayub?
Pelajaran Alkitab yang dapat diambil dari kisah mengenai istri Ayub.
Kekuatan istri Ayub perlu diteladani :

1.Kemampuan istri Ayub dalam mengurus keluarga dan kekayaan Ayub yang besar.
Mengurus keluarga besar tidak mudah (10 anak), tetapi mengurus kekayaan yang sangat besar jauh lebih sukar (7000 kambing domba, 3000 unta, 500 pasang lembu, 500 keledai betina dan budak dalam jumlah yang sangat besar). Kepengurusan Ayub dan istrinya menghasilkan: ‘ … yang dimilikinya makin bertambah di negri itu’ (1:23). Memperoleh karakter untuk mengurus kekayaan sebesar itu adalah tidak mudah, tetapi istri Ayub memiliki kualitas tersebut untuk mendukung suaminya.

Pertanyaan Refleksi:
Apakah kehidupan kita (para istri) dalam keluarga dapat membantu suami dalam mengurus harta rumah tangga atau malahan memboroskan harta sehingga uang yang diperoleh habis begitu saja hanya untuk memuaskan keinginan kita (punya sifat ‘matre’)?

2.Istri Ayub adalah orang yang takut akan Tuhan. Hal ini dapat terlihat dari:
a.Ayub sebagai suami yang takut akan Tuhan. Dengan kerohanian Ayub, sikap Ayub sebagai imam keluarga dan diberkatinya Ayub berlimpah-limpah oleh Allah, maka istrinya juga pasti mengenal Allah Ayub dan berjalan dalam takut akan Allah bersama suaminya.
b.Amsal 31:10-31 (puji-pujian untuk istri yang cakap), dalam ayat 23: Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri. Hal ini terjadi dalam kehidupan Ayub seperti yang dikatakannya sendiri dalam 29:7-8.
7 Apabila aku keluar ke pintu gerbang kota, dan menyediakan tempat dudukku di tengah-tengah lapangan, 8 maka ketika aku kelihatan, mundurlah orang-orang muda dan bangkitlah orang-orang yang sudah lanjut umurnya, lalu tinggal berdiri;
Mengapa Ayub dihormati di pintu gerbang kota? Karena Ayub adalah suaminya, yaitu suami dari istri yang takut akan Tuhan. Inilah yang terjadi jika seorang istri takut akan Tuhan menurut Amsal 31, Tuhan akan mengangkat suaminya.
c.Dalam dua kali pencobaan terhadap Ayub, pada pencobaan pertama istri Ayub tidak berkata-kata menentang Allah, padahal perhatikan hartanya yang hancur dan ludes juga kematian semua anak-anaknya. Sanggupkah kita dalam kondisi seperti itu tidak menentang Allah? Tetapi istri Ayub sanggup. Dia tidak berkata sesuatupun dan tetap mendukung suaminya dalam kesengsaraan. Setelah pencobaan yang kedua kalinya baru istri Ayub menentang Allah. Artinya masih ada rasa takut akan Tuhan dalam hatinya ketika pencobaan pertama, tetapi ketika pencobaan yang lebih dahsyat terjadi, baru dia tidak tahan lagi dan berani menentang Allah. Apakah anda yakin dalam penderitaan yang pertama hati anda masih tetap terpaut pada Tuhan seperti istri Ayub? Penderitaan yang kedualah baru istri Ayub berkata-kata. Bagi saya ini merupakan hal yang wajar di tengah penderitaan yang sedahsyat yang dialami keluarga Ayub. Sanggupkah anda bertahan? Hubungan Ayub yang luar biasa dengan Allah-lah yang membuat dia tetap bertahan, sayang hubungan istrinya dengan Allah tidak seluarbiasa Ayub, meskipun demikian, saya tetap mengacungkan jempol terhadap istri Ayub. Perkataan negatifnya adalah ‘wajar’ dalam penderitaan sedahsyat yang dialami Ayub! Tetapi ke’wajar’an ini tidak membuat istri Ayub jauh atau minggat dari Ayub maupun Tuhan.

3.Istri yang setia kepada suaminya.
Pada saat penderitaan terjadi, istrinya memang mengutuki Allah dan suaminya diinginkannya supaya mati saja dari pada menganggung penderitaan yang hebat, tetapi istrinya tidak pernah meninggalkan Ayub (ia menjauhi Ayub tetapi tidak meninggalkannya) dan tetap kembali menjadi istri Ayub dan mau memulai lagi usaha mereka dari nol bersama Ayub (setelah penderitaan) hingga memperoleh 2 kali lipat dari yang diperolehnya semula. Perhatikan pertimbangan-pertimbangan berikut ini :
•Dalam Alkitab, sebelum penderitaan istri Ayub hanya ada satu saja
•Alkitab tidak menyebutkan bahwa Ayub mengambil istri lagi setelah penderitaannya
•Pendirian Ayub yang tegas mengenai seorang istri dalam 31:1,9-12
31:1 "Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara?
31:9 Jikalau hatiku tertarik kepada perempuan, dan aku menghadang di pintu sesamaku,
31:10 maka biarlah isteriku menggiling bagi orang lain, dan biarlah orang-orang lain meniduri dia.
31:11 Karena hal itu adalah perbuatan mesum, bahkan kejahatan, yang patut dihukum oleh hakim.
31:12 Sesungguhnya, itulah api yang memakan habis, dan menghanguskan seluruh hasilku.
•Istri Ayub tidak pernah disebutkan meninggalkan Ayub, bahkan dalam penderitaan Ayub, bahkan Ayub 19:17 memberi petunjuk bahwa istri Ayub masih ada bersama Ayub ketika dia menderita.
19:17 Nafasku menimbulkan rasa jijik kepada isteriku, dan bauku memualkan saudara-saudara sekandungku.
Pertanyaan Refleksi:
Dapatkah kita (para istri) tetap setia kepada suami, baik sewaktu ‘masa jaya’nya ataupun pada masa susahnya? Dapatkah kita mau memulai lagi semuanya dari nol bersama suami jika terjadi hal-hal yang diluar dugaan (ekstrimnya seperti kasus Ayub)?

Kelemahan istri Ayub yang perlu ditolak :

4.Tidak mengembangkan sikap Takut akan Tuhan
Istri Ayub takut akan Tuhan, tetapi ia tidak mengembangkan hubungannya dengan Tuhan sampai setara seperti hubungan Ayub dengan Tuhan, sehingga ketika pencobaan datang, terlihatlah perbedaan kedewasaan rohani antara Ayub dan istrinya, bahkan istri Ayub karena begitu menderitanya, dia berani untuk berkata-kata melawan Tuhan. Dengan kata lain, dasar yang dibangun oleh kedua suami istri ini di dalam Tuhan tidak dalam tingkatan yang sama.

Pertanyaan Refleksi:
Bagaimana dengan kondisi rohani dalam keluarga kita (antara suami dan istri) ? Apakah ada kesamaan kedewasaan rohani atau malahan berbeda jauh? Apa yang harus kita lakukan agar pengenalan suami dan istri akan Allah dapat menjadi sama sehingga terjadi saling menopang yang baik antara suami dan istri?

5.Lebih mengasihi suaminya daripada mengasihi Tuhan.
Hal ini terlihat dari ucapannya: ‘Kutukilah Allahmu dan matilah’. Dia meminta suaminya untuk mati saja karena penderitaan yang begitu hebat. Hal itu merupakan bukti nyata bahwa dia sangat mengasihi suaminya, tetapi perkataan untuk mengutuki Allah menyatakan bahwa kasihnya kepada suaminya lebih besar dari kasihnya kepada Allah. (sama seperti Adam yang menerima buah dari Hawa – kasih Adam kepada Hawa lebih besar dari kasih Adam kepada Allah)

Pertanyaan Refleksi
Alkitab berkata bahwa seorang istri harus mengasihi suaminya (begitu juga suami kepada istrinya), tetapi kasih kepada Allah harus jauh lebih besar dari semuanya itu, dapatkah kita lebih taat kepada Allah daripada manusia?

6.Tidak punya karakter untuk tetap sepenuh hati mendukung suaminya dalam penderitaan/kesusahan
Ini jelas terlihat dari ucapannya dalam 2:9 dan kejijikannya akan nafas suaminya dalam 19:17. Seperti dalam janji pernikahan: ‘Akan mendukung satu sama lain baik dalam susah maupun senang’, bukanlah suatu hal yang mudah untuk diwujudkan, dan ternyata istri Ayub kurang dalam hal ini. Dan juga kita melihat bahwa keinginan iblis supaya Ayub mengutuki Allah (1:11 & 2:5) dinyatakan oleh istri Ayub, berarti istri Ayub dapat menjadi saluran iblis untuk menyatakan kehendaknya, hal ini sama seperti kasus Petrus dan Yesus dalam Mat 16:21-23

Pertanyaan Refleksi:
Dalam keadaan keluarga yang susah, dapatkah kita (para istri) tetap menopang suami dan bukannya malahan merongrong suami dan secara tidak sadar malahan dipakai iblis untuk menghacurkan keluarga kita sendiri? (Hal ini memerlukan komitmen untuk terus menerus mempunyai hubungan yang intim dengan Tuhan hari-demi hari)

BOLEHKAH MAKAN DARAH?

Analisis Teologis

1. LARANGAN MAKAN DARAH :
Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru terdapat ayat yang melarang makan darah :
* Kejadian 9:4
Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan.
* Imamat 3:17
Inilah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun di segala tempat kediamanmu: janganlah sekali-kali kamu makan lemak dan darah.
* Imamat 7:26
Demikian juga janganlah kamu memakan darah apapun di segala tempat kediamanmu, baik darah burung-burung ataupun darah hewan.
* Imamat 19:26
Janganlah kamu makan sesuatu yang darahnya masih ada. Janganlah kamu melakukan telaah atau ramalan.
* Ulangan 12:23
Tetapi jagalah baik-baik, supaya jangan engkau memakan darahnya, sebab darah ialah nyawa, maka janganlah engkau memakan nyawa bersama-sama dengan daging.
* Ulangan 15:23
Hanya darahnya janganlah kaumakan; haruslah kaucurahkan ke tanah seperti air.
* Kisah Para Rasul 15:20,29
15:20 tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah. ...
15:29 kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat.’
* Kisah Para Rasul 21:25
Tetapi mengenai bangsa-bangsa lain, yang telah menjadi percaya, sudah kami tuliskan keputusan-keputusan kami, yaitu mereka harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan.’

2. TIDAK SEMUA MAKANAN ITU HALAL?
Tetapi bagaimana dengan penjelasan Yesus sendiri pada :
* Markus 7:15
Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.
Apakah Yesus memaksudkan bahwa semua makanan halal, tak terkecuali darah? Karena ayat ini sering menjadi pembenaran bahwa kita bebas makan apa saja.
Sebenarnya saya kurang suka berpolemik mana haram, mana halal; ini boleh, itu tidak boleh. Mari kita kaji tulisan yang menarik dari Rasul Paulus demikian :
* 1 Korintus 10:23
Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.
Ayat di atas adalah tulisan Paulus kepada jemaat di Korintus, tetapi apakah ungkapan dalam tanda kutip itu merupakan pendapat Paulus? Paulus "mengutip" semboyan umum yang dipakai oleh orang-orang di Korintus untuk membenarkan tingkah laku mereka. Selanjutnya, mari kaji lagi ayat-ayat dalam 1 Korintus 6:12-20 demikian :
* 1 Korintus 6:12-20
6:12 Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.
6:13 Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.
6:14 Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.
6:15 Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!
6:16 Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu daging."
6:17 Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.
6:18 Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
6:19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
6:20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Menjadi murid Yesus bukan sekedar taat akan peraturan, karena Yesus lebih menitik- beratkan bahwa apapun yang kita lakukan adalah karena kita benar-benar mengasihiNya. Sebagai murid Yesus yang sudah ditebus. Sebaiknya kita tidak terlalu mempermasalahkan haram & halal-nya makanan dan jangan melakukannya hanya sekedar mentaati peraturan.
3. KONSEP PEMIKIRAN ANUGERAH/KASIH KARUNIA :
Konsep pemikiran dan cara pandang kita sebagai umat Kristen harus berkonsep pada pemikiran ANUGERAH/KASIH KARUNIA bukan pemikiran IMBAL-BALIK. Keselamatan kita atas karya Tuhan Yesus diatas kayu salib adalah Anugerah.
Anugerah mempunyai arti dasar demikian : “yang memberi tidak berkewajiban, yang menerima tidak mempunyai hak”. Sedangkan konsep Imbal-Balik adalah “kita mendapatkan sesuatu karena melakukan sesuatu” seperti layaknya seorang pegawai yang diupah bulanan karena melakukan pekerjaannya selama satu bulan, seorang salesman mendapat bonus karena mampu menjual sekian jumlah barang dagangan. Kalau kita berpikiran kalau saya mentaati aturan Alkitab, kalau saya melakukan amal-ibadah maka saya akan mendapat pahala, itu adalah konsep pemikiran imbal-balik! Dimana hal tersebut menunjukkan kita belum sadar akan arti penebusan itu.
* Roma 6: 14
Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada dibawah hukum Taurat, tetapi dibawah kasih karunia.
Kekristenan itu bukan agama tetapi sebuah relationship, hubungan kita dengan Allah bukan hubungan imbal-balik, kita bukan sekedar rakyat yang harus patuh akan titah Raja, dan bukan sekedar umat yang harus taat dan melaksanakan hukum-hukum. Tetapi kekristenan adalah hubungan kasih Bapa kepada anakNya, kasih anak kepada Bapanya. Maka ketika kita mempunyai konsep pikiran anugerah/kasih-karunia, kita akan dengan senang hati/ tulus ikhlas melakukan hal-hal yang baik sesuai Alkitab, yang bukan sekedar mentaati hukum, tetapi semuanya timbul karena kasih kita kepada Bapa.
Ketika kita memahami arti Anugerah Keselamatan dan kita sadar akan arti tebusan itu, maka otomatis “hukum taurat” itu mengikutinya, sehingga yang kita lakukan juga sesuai dengan landasan hukum Taurat itu.
* Galatia 5:1
Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
Hukum Taurat itu sendiri tidak memberikan pembenaran. Kita dibenarkan oleh iman dalam Yesus Kristus (Galatia 2:16). Hidup yang kita jalankan adalah dengan iman dalam Tuhan Yesus Kristus (Galatia 2:20). Oleh hukum Taurat, kita mati oleh hukum Taurat supaya kita dapat hidup untuk Allah (Galatia 2:19). Kita menjalankan prilaku yang sesuai hukum Taurat karena Roh Kudus mengarahkan kita dan hukum Taurat yang memang berasal kodrat Ilahi, yang telah kita peroleh dan menjadi bagian darinya (2Petrus 1:4), seperti Kristus.
4. MAKANAN HARAM DALAM PERJANJIAN LAMA:
Saya ingin mengungkapkan pendapat pribadi saya mengenai larangan tentang makanan, yang mungkin berbeda dengan yang lain :
Pada Perjanjian Lama ada banyak sekali larangan-larangan memakan daging binatang haram (yang sering menjadi pembicaraan adalah daging babi) dan yang kita bicarakan saat ini adalah "darah". Ini mestinya, sebagai orang yang berpendidikan/berilmu/ilmuwan, kita bertanya-tanya ”it's must be something” mengapa dilarang. Maka kita dapat melakukan penelitian untuk mengetahui ada-apa dibalik larangan itu. Allah pasti mempunyai maksud.
Kita ingat ketika Allah memerintahkan Nuh membuat bahtera, dan memasukkan semua binatang masing-masing 1 pasang, hal itu bagi sebagian besar orang adalah sebuah perintah yang bodoh. Tetapi Allah mempunyai maksud dan bukan sekedar menguji kepatuhan Nuh. Kalau dipikir-pikir dengan logika orang sekarang, kita akan bilang itu tidak masuk akal, mosok bikin kapal gede kok malah di atas bukit (bukannya di pinggir sungai/laut). Juga tentang larangan lain misalnya “incest”, yang ternyata dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa memang benar incest itu berbahaya, dengan bukti adanya penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh recessive genes. Ini menarik sekali bahwa, jauh sebelum ilmu pengetahuan tentang recessive genes ini diketahui manusia, Tuhan sudah terlebih dahulu melarang perkawinan antara saudara sedarah untuk menghindari hal tsb.
Penelitian ini baik untuk kita kaji bukan untuk melanggar perintah Tuhan, tetapi untuk semakin patuh kepada-Nya. Kalau kita tahu “the reason” dibalik sebuah perintah, ini akan membuat kita mantap. Silahkan baca Imamat 11, daftar-daftar binatang haram yang disebutkan adalah semuanya mengandung cholesterol, asam urat, dan lain2 yang tidak baik untuk kesehatan! Mengapa makanan itu dilarang?, mungkin pada masa itu obat penangkal choresterol, misalnya, belum ditemukan. Dan perkembangan ilmu pengatahuan manusia belum sampai kesitu. Sehingga Allah perlu membuat hukum-hukum. Tetapi utamanya Hukum Taurat itu adalah sebagai faktor pendisiplinan Bani Israel sebagai umat Pilihan Allah, yang membedakan mereka dengan bangsa-bangsa lain.
Pada zaman PB, Yesus tidak mengharamkan lagi daftar binatang haram yang tertulis dalam Imamat 11. Mungkin pada masa itu obat penangkal kelebihan choresterol sudah ada/ sudah ditemukan. Tetapi apakah hal tersebut berarti Yesus membatalkan Hukum-Nya sendiri (Markus 7), tentu tidak, konteks yang dimaksud Yesus adalah mengecam manusia/ kaum Yahudi saat itu yang lebih mementingkan ibadah lahiriah daripada penyembahan kepada Tuhan secara rohaniah.
Yesus mengajarkan : apapun dari luar tidak menajiskan manusia, tetapi apa yang keluar itu yang manajiskannya, sebab dalam hati orang timbul pikiran jahat, percabulan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan. Semua hal2 jahat ini timbul dari dalam hati manusia dan menajiskan orang. Dari konteks itu kita bisa mengerti bahwa Yesus tidak mengharapkan manusia menjauhi perbuatan tertentu hanya sekedar pemenuhan suatu hukum/ tugas, melainkan hendaknya manusia itu melakukannya karena benar-benar menghormati dan mengasihiNya.
Dalam Kisah 10:9-16 dikatakan "apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram", disini jelas sekali makanan tidak menajiskan orang. Artinya semua makanan itu halal. Tapi tidak semua makanan layak untuk dikonsumsi. Karena tubuh kita adalah baitNya (1 Korintus 6:19) yang diciptakan secara khusus, maka seharusnya kita hanya memasukkan apa yang baik dan berguna bagi tubuh kita untuk kemuliaanNya.

5. POLEMIK MAKANAN HARAM-HALAL :
Untuk soal makanan, saya menghormati perbedaan pendapat yang beredar yang membenarkan ini haram, itu tidak haram, semuanya halal dst. Karena masing-masing pendapat mempunyai alasan dan dasar pemikiran sendiri-sendiri.
Untuk soal makanan ini sebaiknya kita juga melihat kepada sisi manfaat bagi kesehatan. Apalagi kita ini tidak lagi dibawah hukum Taurat karena Yesus sudah menggenapinya. Darah binatang itu mengandung bermacam-macam zat, choresterol dll, bahkan penyakit-penyakit itu mengalir dalam darah, ini berbahaya bagi tubuh kita. Pola makan yang salah akan memicu penyakit. Terlebih lagi kita harus menjaga tubuh kita sebagai bait Allah yang kudus (1 Kor 6:19).
Sedangkan makanan yang dipersembahkan kepada berhala itu memang dilarang (Kisah 15: 29), tetapi mungkin sebaiknya tidak usah diartikan haram dalam arti sempit. Tetapi haruskah "kita orang percaya" makan makanan seperti itu? Rasul Paulus berkata: "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah" (1 Korintus 10:31).
Maka, setiap kita makan dan minum marilah kita menimbang :
Apakah Allah dimuliakan melalui makanan yang kita makan dan minuman yang kita minum?
Apakah Allah dimuliakan kalau kita memakan makanan yang dinyatakan tidak boleh di Alkitab?
Apakah Allah dimuliakan kalau kita mengkonsumsi terlalu berlebihan makanan yang mengandung zat-zat berbahaya?
Apakah Allah dimuliakan jika kita meminum minuman yang memabukkan?
Apakah Allah dimuliakan ketika kita memakan makanan di tempat/lingkungan dan suasana tertentu?