Senin, 15 Agustus 2011

Pergaulan Muda-Mudi Kristen

A. Pergaulan Umum

Manusia diciptakan bukan saja sebagai makhluk individu, tetapi juga sebagai makhluk sosial (Kej 2:18, 3:8). Artinya manusia tidak dapat hidup sendiri, tetapi juga harus bergaul satu dengan yang lain. Pergaulan juga merupakanalat sosialisasi bagi manusia, yang melaluinya kita disiapkan untuk hidup bermasyarakat. Ternyata, hubungan antar manusia (human relation) ini sangat memerlukan keberhasilan dalam kehidupan seseorang, baik dalam bidang pekerjaaan maupun dalam hidup berumah tangga, Karena itu penting sekali kita mempelajari seni bergaul yang baik.
Ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan agar kita dapat bergaul dengan baik di tengah-tengah masyarakat , yaitu:
  1. Tinggalkan persoalan sendiri dan pikirkan hal yang menarik perhatian orang.
  2. Manfaatkan kebaikan dan abaikan kelemahan orang lain.
  3. Kembangkan sikap sopan santun dan keramahtamahan
  4. Belajarlah mengingat nama orang lain (terutama yang telahkita kenal atau temui)
  5. Biasakan senang mengucpkan terima kasih dan permohonan maaf.
  6. Belajarlah untuk memuji dan memberi penghargaaan kepada orang lain dengan tulus
  7. Berilah kesempatan dan dorongan agar orang lain mau berbicara
  8. Ucapkanlah kata-kata yang tepat, berguna dan bijaksana.
  9. Milikilah kejujuran ketulusan hati.
  10. Selalu memohon kepada Tuhan untuk membentuk hidup kita yang lebih baik
Pergaulan khusus antar lawan jenis terbagi atas kencan, pertunangan dan pernikahan. Namun yang akan dibahas disini adalah masalah berkencan. Istilah kencan biasanya berkaitan dengan pengertian seorang pria dan wanita yang belum menikah, mengadakan janji untuk bertemu dan pergi bersama.
HUBUNGAN kencan ini terbagi dalam:
  1. Kencan BIASA
    Dalam bentuk kencan ini biasanya seorang pria belum mempunyai perasaan khusus terhadap seorang wanita, demikian pula sebaliknya. Walaupun akhirnya karena sering bertemu, pergi bersama, bisa saja hubungan ini mengarah pada pacaran. Bentuk kencan ini bisa berupa belajar bersama, mengikuti aktivitas gereja bersama atau sekolah bersama, dsb. Pada tahap ini teman kencan belum dibatasi dan biasanya sama sekali belum memikirkan atau membicarakan kemungkinan hidup bersama.
  2. Kencan Khusus
    Dalam tahap ini kedua belah pihak sudah saling menyatakan perasaaan hatinya sehingga masing-masing mulai belajar lebih mengenal satu sama lain secara lebih mendalam. Kemungkinan untuk hidup bersama sudah mulai dibicarakan. Dan teman kencan dibatasi hanya pada satu orang saja.

Kapan sebaiknya mulai seorang berpacaran?

Bila sudah dewasa dan siap untuk menikah. Dianjurkan untuk tidak berpacaran pada masa remaja atau pubertas, karena pada masa tersebut seseorang masih belum stabil (lebih mudah berubah), sehingga belum dapat membedakan cinta sejati (yang berisi pengabdian, pengertian dan tanggung jawab), dan cinta monyet (masih meletup-letup dan mudah berubah).

B. Memilih Teman Hidup

Mendapatkan teman hidup yang sesuai dengan kehendak Allah adalah hal yang sangat penting, karena dalam iman kristen tidak boleh ada perceraian (Mat 19.6)
Cara yang keliru yang harus dihindari misalnya:
  1. Mengadakan pelet atau guna-guna
  2. Sistem tunjuk Alkitab secara Acak/menggunakan Alkitab sebagai buku nujum
  3. Minta tanda secara magis seperti horoskop dst
  4. Tidak menggunakan standar secara Alkitabiah, seperti memilih berdasarkan keinginan mata (Ams 31:30), atau karena daya tarik materi
Ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan dalam berkencan yang mengarah kepada pernikahan, yaitu:
  1. Apakah Kita Sepadan?
    1. Dalam iman. Carilah orang yang sudah lahir baru (2Kor 6.14)
    2. Dalam segi fisik. Sebaiknya pria lebih tua 4 tahun
    3. Dalam pendidikan. Bila ternyata tingkat pendidikan jauh berbeda, maka biasanya akan menimbulkan masalah di dalam hal berkomunikasi. Dianjurkan bagi yang masih belajar untuk menyelesaikannya terlebih dahulu dengan baik (Ams 24.27, Kid 3.5)
    4. Dalam segi sosial. Perbedaan status sosial, tingkat ekonomi, adat kebiasaan, suku atau bangsa perlu menjadi pertimbangan, sebab hal ini sangat berpotensi untuk menimbulkan masalah yang memerlukan banyak waktu untuk beradaptasi satu dengan yang lain.
      Untuk menentukan apakah kita sudah menemukan pasangan yang sepadan dibutuhkan waktu. Cinta sejati tahan terhadap ujian waktu. Cinta sejati tidak memudar. Bahkan makin bertumbuh seiring dengan berlalunya waktu.
  2. Apakah Orang Tua Setuju?
    Efesus 6.1-3 memerintahkan kita agar taat dan hormat terhadap orang tua. Banyak kita orang-orang muda sering menganggap orang tua sebagai penghalang bagi keinginan hati kita, padahal Allah seringkali menyatakan kehendakNya melalui orang tua kita (yang seiman). Biasanya orang tua memiliki pandangan yang lebih realistis dibandingkan dengan kita anak-anak muda, apalagi yang sedang jatuh cinta. Jadi restu orang tua sangat penting bagi kebahagiaan hidup rumnah tangga kita.
  3. Apakah Kita Bersih secara Moral?
    Kita harus senantiasa hidup menyenangkan dan memuliakan TUHAN (2Kor 5.9). Masa pacaran jangan digunakan untuk melampiaskan nafsu berahi, namun untuk saling mengenal pribadi satu dengan yang lain lebih mendalam. Karena itu hindarilah percumbuan, tempat-tempat sepi dan gelap, dan hal-hal yang dapat menimbulkan nafsu berahi (Misalnya nonton blue film, menggunakan pakaian yang merangsang, dll). Sebaiknya isilah waktu pacaran dengan hal hal yang positif seperti berolah raga, belajar bersama, mengikuti kegiatan gereja dsd.

C. Etika yang Harus Diperhatikan Waktu Berpacaran

  1. Tunjukkan saling menghormati. Jangan membiasakan meraba-raba
  2. Pilih waktu dan tempat yang tepat dan layak untuk berpacaran
  3. Hindari kebiasaan yang dapat menimbulkan berahi. Contoh: berciuman. Karena berciuman akan menimbulkan nafsu berahi.
  4. Jangan bertamu (wakuncar) sampai larut malam (terlalu lama)
  5. Hormati orang tuanya ( cara berbicara dan bertingkah laku)
  6. Jangan terlalu demooontratif dalam berpacaran.
  7. Berpikirlah selalu dengan pikiran yang bersih dan memuliakan Tuhan

D. Alasan untuk Menghindari Hubungan Seks Pra-Nikah

  1. Alkitab memandang hubungan seks itu baik hanya dalam konteks pernikahan ( Kej 1:27-28). Karena itu perlu sekaliuntuk menjaga kesucian ( Ibr 13:4) selama berpacaran
  2. Ada resiko hamil diluar nikah
  3. Mengakibatkan rasa bersalah yang mendalam
  4. Menimbulkan ketidakpercayaan, ketakutan dan kecurigaaan, bahkan dapat menimbulkan perasaan benci ( II Sam 13:15)- Kasus Amnon dan Tamar
  5. Merusak malam pertama pernikahan
  6. Mengakibatkan hal-hal yang negatif secara rohani, yakni:
    • Kedamaian dalam jiwa menjadi pudar (1Pet 2:11)
    • Hubungan persekutuan dengan Tuhan akan terganggu, sehingga kita seperti kehilangan gairah untuk hal-hal yang rohani (Yes 59.2, Yoh 3.20)
    • Kegunaan kita bagi Tuhan akan berkurang (2Tim 2.21)
    • Menungundang hukuman Allah
Perhatikan proses jatuh ke dalam dosa seks pra-nikah:
Selalu bersama-sama --> berpegangan tangan --> berpelukan --> berciuman --> berciuman yang lama (bibir) -->; mulai berahi --> mulai meraba --> saling terangsang --> percumbuaan ringan --> percumbuan berat --> saling memainkan organ seks --> hubungan seks.
Jadi hindarilah tindakan-tindakan seksual pada taraf yang paling dini, agar kita tidak "hangus terbakar". Sebaliknya milikilah hubungan pergaulan muda-mudi yang sehat yang berdasarkan Firman Tuhan.
(Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham)

Sabtu, 06 Agustus 2011

Pacaran Menurut Alkitab

Berpacaran adalah konsep masyarakat modern, artinya baru beberapa puluh tahun inilah kita mengenal konsep tersebut. Di masa lampau hal ini tidak di kenal karena perkawinan biasanya diatur oleh pihak keluarga atau orang tua kedua belah pihak. Mengapa demikian? Karena memang perkawinan bukan cuma masalah pribadi kedua orang yang terlibat saja, melainkan mempunyai dampak yang luas kepada keluarga dan seluruh masyarakat sekitarnya. Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa suatu perubahan besar bagi generasi muda, mereka belajar bersama dan bergaul bersama dan menuju kedewasaan bersama. Dalam pergaulan sering kali berkembang pada hubungan-hubungan yang khusus yang menjurus ke pada persahabatan atau kepada pacaran.
Pacaran adalah dampak dari pergaulan sehingga munculah hubungan (muda-mudi), dua orang yang tidak sejenis, berdasarkan rasa cinta. Jadi berpacaran adalah suatu proses di mana seorang laki-laki dan perempuan menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan di antara mereka berdua yang dapat dilanjutkan ke dalam perkawinan. Jadi apabila kita melihat pengertian di atas, maka berpacaran itu bukanlah sekedar bersenang-senang melampiaskan nafsu, mengisi kekosongan, tetapi di dalam berpacaran itu ada suatu keseriusan dan kesungguhan untuk menjalin hubungan kedua belah pihak, yang menuju kepada suatu pertunangan. Namun pada umumnya orang salah menginterpretasikan persepsi pacaran yang sesungguhnya yaitu dengan cara menyalahgunakan praktek berpacaran itu sendiri, sehingga menimbulkan dampak yang negatif dan tidak jarang kedua belah pihak saling merugikan, misalnya:
• Ganti-ganti pacar.
• Saling mendewakan.
• Melampiaskan nafsu seksual yang tidak wajar dan belum saatnya di lakukan pada tahap itu.
Sayangnya banyak orang terburu-buru dalam proses ini, sehingga masih terlalu muda, sudah ada remaja yang jatuh cinta dan bahkan merasa yakin bahwa orang yang diidamkan itu pasti merupakan pasangan hidupnya, ada juga pada masa pacaran orang sudah memanggil papi dan mami. Padahal belum tentu mereka akan menjadi suami istri.
Apa yang terjadi apabila ternyata hubungan tersebut putus! Yang terjadi adalah kepahitan dan kekecewaan yang sangat mendalam karena seolah-olah seluruh harapan sudah ditumpahkan kepada sang pacar. Pacaran berbeda dengan persahabatan, pertunangan, dan pernikahan karena pacaran adalah hubungan dua orang yang tidak sejenis berdasarkan cinta. Persahabatan berlangsung antara dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan yang lebih baik. Pertunangan adalah suatu masa yang lebih mendalam dari pada masa berpacaran. Dalam masa ini, suatu pasangan sudah tiba pada tahap perencanaan yang lebih matang untuk memasuki kehidupan keluarga. Pernikahan adalah bersatunya dua lawan jenis menjadi satu daging dan menjadi satu lembaga yaitu Keluarga.
Secara tertulis Alkitab tidak pernah menyinggung soal kata pacaran ini, tetapi ada kisah-kisah dalam Alkitab yang menceritakan kisah hidup seorang pemuda yang begitu sangat mencintai seorang wanita, namanya Yakub (Kej. 29:18). Kisah ini memang tidak dicatat secara terperinci bagaimana sikap kedua insan ini, tetapi yang jelas Yakub mendapatkan Rahel, setelah ia bekerja dengan penuh kesungguhan selama tujuh tahun tujuh hari, tetapi ia harus menambah selama tujuh tahun lagi. Ini membutuhkan suatu ketabahan/kesabaran yang luar biasa. Dalam perjanjian baru mengenai pacaran ini hanya tersirat yaitu bagaimana sikap seorang Kristen misalnya (Roma 12:20) di mana sistim pacaran dunia tidak dapat dipakai oleh seorang Kristen ketika ia ada pada masa-masa pacaran. Dipihak lain
Paulus menasihatkan anak didiknya Timotius yang masih muda itu supaya bisa jadi teladan dari hal percaya, perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian agar orang tidak melihat atau menganggap rendah Timotius masih muda itu. Melihat hal-hal diatas, maka mari kita melihat bagaimana cara anak Tuhan berpacaran menurut konsep Alkitabiah:
1. Pacaran itu harus didasari Kasih Allah
Apa tujuan kita pacaran? Apakah hanya mengisi kekosongan dalam hidup kita, keinginan dalam hidup kita, keinginan mata atau hal-hal yang menyangkut kepada kepuasan diri sendiri, dimana yang menjadi pusat perhatian hanya pada diri sendiri. Sehingga pada masa pacaran timbul istilah bahwa dunia ini hanya milik mereka berdua, dan **beep** gigipun akan rasa coklat … dan sebagainya, … dsb.
Orang dunia mengatakan bahwa asmara itu adalah cinta dan itu sangat dibutuhkan bagi orang yang berada pada masa pacaran. Menurut kamus, asmara itu mempunyai dua pengertian yaitu:
• Cinta Kasih.
• Cinta birahi, dimana seorang anak muda digoda dan tergila-gila pada pasangannya.
Pada dasarnya asmara itu bukan cinta, karena asmara itu naksir/keinginan yang semua ini berpusat pada diri sendiri. Cinta kasih atau Kasih itu menurut Alkitab bisa kita baca dalam 1Korintus 13.4-7. Cinta yang benar tidak dapat dijadikan topeng untuk satu maksud dan motivasi tertentu, cinta yang benar tidak mementingkan diri sendiri, melainkan mengutamakan orang lain. Jadi asmara itu tidak sama dengan cinta sebab dampak dari asmara itu adalah kebalikan dari makna cinta yang sebenarnya. Yes 13.16, 18, ini merupakan ucapan Tuhan kepada Babil, di mana anak-anak muda tidak perduli lagi terhadap Kudusnya pernikahan itu. Sehingga dampaknya kebebasan seks, adanya pengguguran kandungan dsb.
Asmara itu hanya berpusat pada diri sendiri dan biasanya diiringi dengan nafsu (seks) dan itulah adalah dosa. Matius 5.28, menginginkannya saja sudah berzinah.
Simpati itu bisa saja tetapi naksir itu tidak boleh. Jadi pacaran yang benar harus berorentasi pada kasih akan Allah, dimana kepentingan Allah yang harus diutamakan atau diprioritaskan dalam hubungan pacaran itu. Kita harus menunjukkan gaya hidup yang disetujui oleh Allah, bukan berpusat pada diri sendiri. Kasih akan Allah ini membuat kita mengikuti aturan main yang Allah berikan, diantaranya: 2 Korintus 6.14.
Meskipun pada tingkat tubuh dan jiwa pasangan yang tidak seimbang itu dapat bersatu, namun dalam tingkat roh terjadi kekosongan. Pasangan itu tidak dapat berdoa bersama-sama dan tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah yang menggoncangkan hubungan mereka dengan Tuhan. Akibat dari hal ini kepentingan pribadi akan didahulukan dari kepentingan Allah.
Jika berpacaran yang benar harus didasari kasih akan Allah, maka dalam hal berpacaran kita harus berani bertanya kepada Tuhan, mengapa demikian? Karena pacaran itu merupakan suatu persiapan kita masuk pada pertunangan dan pernikahan. Jika pacaran itu didasari atas diri kita sendiri, itu seringkali membawa hasil kekecewaan, misalnya ketika kita mengambil sikap memutuskan dia; syukur bila yang kita putuskan itu tidak kecewa, tetapi apabila ia merasa kecewa / sakit hati maka itu berarti kita telah melakukan pembunuhan dan bisa jadi pasangan kita itu akan meninggalkan Tuhan bahkan menjadi murtad. Ini berarti kita berdosa kepada Tuhan.
Percayailah Allah dalam segala hal karena Ia itu Maha Tahu yang tentunya tahu apa yang menjadi kerinduan / kebutuhan kita bahkan Ia menjanjikan masa depan yang penuh harapan, lihatlah Yeremia 29.11; Amsal 23.18. Jadi pacaran
yang benar harus di dasari dengan Kasih Allah sehingga orientasi pergaulan itu hanya ada di dalam tubuh Kristus. Bukan berdua-berdua, karena akibat dari berdua-duaan itu ‘nenek bilang … berbahaya’.
2. Harus Mengikuti Standar Moral Alkitab
Apakah dalam berpacaran dibenarkan perpegangan tangan, berciuman, bermesraan dsb? Telah dikatakan tadi dalam Roma 12.12 bahwa jangan kita menjadi serupa dengan dunia atau dengan kata lain jangan berpacaran ala orang dunia. Berpacaran cara duniawi berbeda dengan berpacaran yang Alkitab / berpacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan.
Perbedaannya yaitu:
Pacaran duniawi bertujuan mencari pengalaman dan kenikmatan dalam hubungan cinta dengan pertimbangan: mungkin besok sudah mencari pacar baru lagi. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat hubungan pacaran sebagai kemungkinan titik tolak yang menuju lorong rumah Nikah.
Pacaran duniawi memanfaatkan tubuh pasangannya untuk memuaskan perasaan seksual, mula-mula pada tingkat ciuman dan pelukan, namun kemudian gampang menjurus kepada tingkat hubungan seksual. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat Tubuh pasanganya sebagai rumah kediaman Roh Kudus (1Korintus 3.16) yang dikagumi dan di hargai sebagai ciptaan Allah yang nanti di miliki dalam rumah nikah, di mana mereka saling menerima satu dengan yang lain dari tangan Tuhan. Pacaran duniawi, berorientasi masa kini (sekarang).
Oleh karena itu sering mengakibatkan luka-luka yang dalam, bila terjadi perpisahan. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan berorientasi pada masa depan (hari esok). Mereka membatasi segala hubungan intim jasmani dengan kesadaran bahwa pacaran ini belum mengikat. Masing-masing harus dapat melepas kan satu dengan yang lainnya (bila terjadi ketidak cocokan) tanpa saling melukai.
Standar Alkitab tentang pacaran yaitu 1Tesalonika 4.3 yaitu Allah berkehendak supaya kita ada dalam kekudusan. Jangan merusak Bait Allah yang di dalamnya Roh Allah bertahta. Mat 5.27-28; Kid 2.7; 3.5; 8.4. Efesus 4.27 mengatakan janganlah beri kesempatan pada iblis sebab dengan kita membuka celah berarti kita telah memberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang tidak Allah kehendaki. Dosa seks akan membawa kita perlahan-lahan masuk pada dunia free seks. Hubungan badani (senggama) antara lawan jenis itu tidak akan berlangsung ketika dua pasangan itu baru mengenal. Ciuman dan pelukan antara seorang pemuda dan pemudi merupakan kontak fisik untuk mendapatkan seksuil dan kenikmatan. Ada empat tingkat intensitas hubungan fisik, di mulai dari yang paling lemah sampai yang paling kuat. Keempat tingkat tersebut ialah:
• Berpegangan tangan.
• Saling memeluk, tetapi tangan masih diluar baju.
• Berciuman.
• Saling membelai dengan tangan di dalam baju.
Ransangan seksuil yang terus menerus akan menciptakan dorongan biologis yang terus memuncak. Ketika dorongan seks menggebu-gebu, kedewasaan, kecerdasan, dan pendirian-pendirian serta iman seringkali tidak berfungsi, atau tersingkir untuk sementara. Banyak pasangan muda berkata bahwa ciuman itu normal, karenan ciuman itu adalah kenikmatan pada masa pacaran dan dianggap akan lebih mengikat tali kasih antara dua belah pihak. Itu adalah pendapat yang sangat keliru karena Alkitab memberikan penjelasan bahwa dampak dari hubungan itu akan membuat seorang merasa bersalah bahkan bisa merubah sayang itu menjadi benci. Contoh 2 Samuel 13.1-15. Cerita ini mengisahkan anak-anak Daud yaitu Amnon dan Tamar di mana Amnon begitu mencintai Tamar, sampai-sampai ia jatuh sakit karena keinginannya untuk memiliki Tamar. Tetapi pada ayat 15 menceritakan setelah mereka jatuh pada dosa seks, timbullah suatu kebencian dalam diri Amnon terhadap Tamar, ini berarti bercumbuan bukan merupakan jaminan akan cinta sejati.
Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (Ef 4.17-21) supaya anak Tuhan jangan jatuh pada hal berciuman dan lain-lain yang merangsang dalam masa berpacaran karena itu bertentangan dengan Alkitab. Dengan demikian orang-orang Kristen harus menghindari percumbuan dalam masa berpacaran, sebab tindakan tersebut merupakan penyerahan diri kepada seksualitas, membiarkan hawa nafsu berperan, yang nantinya akan membawa kepada kecemaran dan pelanggaran kehendak Allah. Lebih jauh lagi pengajaran-pengajaran moral Paulus kepada anak muda Kristen di mana saja. 1Timotius 5.22 bagian akhir "jagalah kemurnian dirimu". Yesaya 5.20 celakalah yang mengatakan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat. Wahyu 18:2-3 keindahan tubuh telah dipakai setan untuk menghancurkan nilai-nilai iman Kristen. Akhirnya kita akan melihat hubungan seksual muda-mudi sebelum pernikahan dalam konteks Alkitabiah yaitu:
• Dalam perjanjian Lama Ulangan 22.13-30 Ungkapan ini menunjukkan betapa tingginya nilai keperawanan, Amsal 7.13,27.
• Dalam Perjanjian Baru 1Korintus 6.10 Hubungan seksual di luar pernikahan adalah percabulan. 1Korintus 6.13,18,19 Jauhkan dirimu dari percabulan, tubuh kita bukan untuk percabulan.
Hubungan seksual diluar nikah bukan hanya masalah pribadi melainkan mengikutsertakan Tuhan, I Tesalonika 4:3-5,8. Jadi berpacaran itu mempunyai batas-batas tersendiri, karena pacaran itu tidak sama dengan pertunangan dan perkawinan. Artinya sang pacar itu bukanlah suami atau isteri sehingga tidak boleh diperlakukan demikian. Oleh karena itu ada baiknya apabila orang berpacaran pergi bersama-sama dengan teman-teman atau anggota keluarga yang lain sehingga selalu ada rem yang mampu mengendalikan semua tingkah laku.
AKIBAT DOSA DALAM BERPACARAN
Persetubuhan pertama yang disertai dengan perasaan berdosa ini biasanya sangat mengecewakan. Mungkin mereka melakukannya dengan tidak bebas, takut dilihat orang, dan disertai dengan rasa bersalah. Semestinya hubungan seks itu dilakukan dengan santai untuk dinikmati, karena seks adalah ciptaan Allah yang harus dilakukan dengan kesucian dan kemurnian hati.
Ada 2 akibat dari dosa tersebut, yaitu:
A. Akibat Langsung bagi si Gadis
Peristiwa pertama disertai dengan rasa sakit, bukan hanya takut, cemas, atau rasa berdosa. Bagi seorang istri yang ingin sungguh-sungguh menikmati seks, biasanya ada waktu untuk penyesuaian. Si Gadis yang kini sudah tidak perawan lagi itu pulang dengan rasa takut, cemas, mungkin menangis dan mulai membenci pacarnya. Sebelumnya, pacarnya dianggap sebagai pria idamannya, namun sekarang semua telah berubah. Gambaran di atas menggambarkan perubahan perasaannya. Sebelum dosa persetubuhan dilakukan, ia sangat mencintai pacarnya - meskipun sebagian besar dengan cinta eros. Setelah perbuatan dosa itu, cintanya berkurang - bahkan mulai membenci - atau menjadi lebih banyak bencinya daripada cinta yang semula.
Apa yang digambarkan di novel-novel murahan dan tidak realistis itu justru menceritakan cintanya pada pacarnya akan menjadi menggebu-gebu. Perubahan ini juga bisa dialami oleh pria. Alkitab sebagai buku yang realistis menggambarkan hal ini juga (tidak berarti si Pria meninggalkan si Gadis karena muak dan benci, karena hal itu mutlak akan terjadi). Ada di dalam kitab 2 Samuel 13:1-17.
B. Akibat Jangka Panjang
Ada dua kemungkinan kelanjutan dari perbuatan dosa itu, yaitu:
1. Hubungan mereka putus.
Karena kehilangan penghargaan dan timbul kebencian terhadap pacar, kemungkinan hubungan mereka akan putus. Kemungkinan ini lebih besar lagi apabila mereka masih remaja. Lalu, jika hubungan itu putus, siapa yang akan rugi besar? Tentunya si Gadis. Dan si Pria merasa untung, pergi tertawa dan bersiul-siul mencari teman baru. Kalaupun ia menyesal dan tidak tertawa-tawa, tidak ada 'bekas' padanya secara fisik yang merugikan hubungannya dengan teman wanitanya yang lain.
2. Hubungan yang dilanjutkan sampai menikah.
Perbuatan dosa pada masa lalu ini akan sangat merugikan si Gadis dan hubungannya dengan pria lain di masa nanti. Maka timbullah pertanyaan, "Apakah ia harus memberitahu kepada calon suaminya?" Memang pada abad ke-20 ini, pria-pria kita masih mengikuti standar ganda masyarakat. Harga diri pria memang rapuh, mudah retak. Ia perlu yang terbaik. Pikirannya kelak akan dihantui bahwa istrinya 'bekas' orang lain. Memang agak kekanak-kanakkan, tapi banyak pria yang tidak dapat melupakan hal itu.
Sungguh-sungguh memerlukan seorang yang benar-benar dewasa kepribadiannya untuk mengatasi shock dan kecewanya. Perlu juga pria yang rela mengampuni dan dapat melupakan masa lalu tunangannya. Jika sang Pria, tidak dengan kedewasaan Kristus, menerima si gadis 'bekas' namun tetap memaksakan diri untuk menikahinya (entah karena ia cantik, kaya, penting untuk karirnya, atau gengsi - 'Bukankah saya orang Kristen, jadi harus menerimanya?'), akibatnya akan tampak setelah mereka menikah. Ia tidak akan menghargai dan memiliki respek terhadap istrinya. Ia akan menggunakan masa lampau istrinya sebagai senjata untuk 'mengalahkan' istrinya.
Lebih baik tidak usah menikah, daripada menikah tapi tidak dihargai. Pernikahan seperti ini kemungkinan besar akan diracuni oleh perbuatan dosa masa lalu itu. Akibatnya mereka tidak saling mempercayai secara penuh dan ada rasa cemburu. Apabila mereka bertengkar, dosa masa lampau itu juga akan mewarnai dan mempertajam perselisihan itu.
Dalam situasi pernikahan yang parah seperti ini, mereka sangat memerlukan konseling yang dalam. Mereka patut meminta ampun untuk dosa-dosa mereka kepada ALLAH dan pada partnernya. Mereka perlu saling mengampuni, melupakan dosa itu dan menerimanya partnernya sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan kasih Ilahi yang dewasa. Tentunya tidak semua pernikahan yang dimulai dengan dosa persetubuhan sebelum menikah berakhir seperti ini, tapi sangat lebih baik mencegah hal-hal tersebut di atas, supaya muda-mudi itu memasuki pernikahan dengan hati yang cerah dan kasih yang tidak dicemari ketidakpercayaan dan perasaan suci.
KESIMPULAN
Agar pemuda-pemudi di dalam Kristus tidak berdiri dengan menangis dan menyesal pada puing-puing ketentuan yang mereka sudah setujui bersama pada awal hubungan mereka, haruslah mereka berorientasi dalam segala pergaulan mereka kepada ke empat nasihat Firman Tuhan yaitu:
• Berdoalah senantiasa, 1Tes 5.17; khususnya pada waktu pacaran.
• Ucapkanlah syukur senantiasa atas segala sesuatu, Ef 5.20; apakah semua pengalaman pada waktu berpacaran menimbulkan ucapan syukur?
• Lakukanlah segala sesuatu berdasarkan iman, Roma 14.23 setiap langkah dalam hubungan pacaran mempunyai dimensi ke atas yaitu tanggung jawab kepada Tuhan.
• Pandanglah tubuhmu dan tubuhnya adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu. Kamu bukanlah milik kamu sendiri, kamu sudah dibeli! Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu (1Korintus 6.19-20).

Jumat, 05 Agustus 2011

PELAYANAN YANG BERHASIL

Kisah Para Rasul 6:1-7

Pernahkah Anda memimpikan sebuah pelayanan yang berhasil di gereja Anda? Gereja apapun Anda pastilah memimpikan hal ini. Kondisi internal dan eksternal gereja Anda sedikit banyak mempengaruhi kemajuan pelayanan Anda. Kuasa Allah akan semakin nyata dan kuantitas (jumlah) anggota Anda akan semakin bertumbuh. Saya menemukan ada 4 hal yang membuat sebuah pelayanan di gereja akan berhasil:

1. Fokus utama pelayanan adalah Jemaat [ayat 2]
Artinya Pelayanan yang peka terhadap kebutuhan umat. Buatlah program pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan jemaat. Jangan sampai membuat program pelayanan yang justru bukan esensi kebutuhan jemaat. Misalnya; apakah jalan-jalan atau refreshing adalah kebutuhan utama? atau sebuah seminar kebangunan rohani atau penjangkauan kepada anak sekolah minggu? Apakah layak membangun sebuah gedung gereja baru dengan melihat perkembangan kuantitas yang justru menurun? Bukankah lebih tepat penjangkauan jiwa dan memaksimalkan tim kunjungan sebagai prioritas utama? Kita harus jeli melihat prsoalan ini. Saya berpendapat bahwa gereja adalah hubungan personal antara pemimpin, anggota dan Kristus. Jadi jangan nodai hubungan anda dengan jemaat karena ambisi program yang belum saatnya dilakukan.....

2. Demokratis [ayat 2-3]
Demokratis jarang ditemukan di gereja zaman sekarang. Perbedaan pendapat mengenai kepemimpinan merupakan inti permasalahan. Point penting; kadangkala Tuhan juga berbicara dari seorang yang kita anggap bukan "bagian penting" dari organisme pelayanan. Itulah sebabnya dalam ayat 2, Para rasul memanggil semua murid berkumpul. Jelas bahwa pada masa PB kepemimpinan lebih dititikberatkan pada tim working yang solid bukan otoriter. Akibatnya, Pelayanan yang “demokratis” didukung oleh jemaat [ayat 5] dan Para rasul mendukung orang-orang yang dipilih umat [ayat 6]. Pemimpin harus mendengar apa saran dan kontribusi jemaat. Walaupun berbeda pendapat, mereka tidak harus ditempatkan sebagai musuh dengan embel2 "tidak layak untuk pelayanan". Waspadalah....

3. Efektif [ayat 2, 4]. Persoalan yang muncul menghasilkan perbaikan mutu pelayanan. Seperti yg saya singgung di point 2, perbedaan itu wajar ada. Tetapi jangan justru mematikan semangat orang untuk melayani dengan mencap mereka sebagai seorang pendosa besar sehingga tidak layak melayani hanya karena mereka berseberangan dengan kita mengenai proyek pelayanan. Bicarakan masalah dengan kepala dingin dengan kasih Kristus. Calvin menyebut agar membahas persoalan disekitar Firman Allah. So, perbaikilah mutu pelayanan dengan banyak mendengar bawahan kita. Jangan ragu untuk berubah dan mengakui kesalahan kalau kita memang bersalah.

4. Efisien [ayat 2-5].
Jabatan muncul karena ada kebutuhan.Jangan mengangkat petugas yang baru karena alasan agar banyak dan lebih keren tanpa kapasitas (talent) yang Tuhan berikan. Apakah layak mengangkat seorang Worship Leader padahal nyanyi saja dia fals? Mengangkat pendeta atau majelis tanpa bisa sharing Firman dan tanpa pembinaan? Kita perlu belajar banyak....Kalau karena alasan kebutuhan, jabatan bisa dilaunching....Semoga diberkati...Amin

PELAYANAN YANG MEMPERMULIAKAN TUHAN

Kalau ada istilah “Pelayanan yang mempermuliakan Tuhan” tentu pernah ada dan mungkin sedang terjadi bahwa ada “pelayanan untuk kemuliaan diri sendiri atau kelompok”. Tuhan Yesus selalu memberikan contoh yang dapat diikuti oleh murid-muridNya, bahwa Yesus telah “mengosongkan dirinya” (kenosis) menjadi manusia sederhana untuk mencapai tujuan penyelamatan manusia dari dosa.
* Filipi 2:5-8
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Namun banyak sekali kita jumpai bahwa ada orang-orang atau kelompok yang mengklaim bahwa mereka adalah Pelayan Tuhan, tetapi perilakunya tidak menggambarkan bahwa mereka adalah seorang “hamba” yang melayani pekerjaan untuk kemuliaan Tuhan, bahkan lebih sering bagi kemuliaan diri sendiri. Ada hamba Tuhan menuntut pelayanan akomodasi first class, ada yang bersikap seperti “artis”, minta diperhatikan dan dihormati, memasang tarif, dan sebagainya.
Bersaksi dusta di mimbar untuk mendapat kekaguman pendengar, dan perilaku hipokrit adalah sikap yang tidak mempermuliakan Tuhan, melainkan untuk mencapai hormat diri sendiri. Seorang pembawa Firman dituntut benar ketika berbicara dihadapan jemaat, seorang pelayan Tuhan dituntut benar dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari.
4 ciri utama dari pelayanan yang tidak memuliakan Tuhan adalah :
1. Mendewakan manusia,
2. Menyangkal keberadaan dosa,
3. Meremehkan dosa,
4. Mendeskreditkan Firman Allah
Pelayanan yang memuliakan Tuhan tidak harus ditandai dengan terjadinya “Mujizat”, sebab “keselamatan/ berita Injil” itu lebih penting dari-pada suatu mujizat. Mujizat tidak menyelamatkan, bahasa Roh tidak menyelamatkan, kesaksian heboh tidak menyelamatkan, pengkotbah besar tidak menyelamatkan, tetapi iman percaya kepada Yesus itulah yang menyelamatkan.
Pelayanan yang memuliakan Tuhan adalah pelayanan yang menempatkan Kristus sebagai figur utama dan memperhatikan umat-umat Allah yang dilayani.

BOLEHKAH MENGHAKIMI?

Waktu jaman YESUS,org2 farisi,ahli agama (termasuk org taat dlm kewajiban agama) melontarkan protes tdk setuju,ketika Tuhan menegur/memberitahu apa-apa yg salah & seharusnya yg benar spt apa. jaman sekarang kalo kita menegur,pasti juga byk yg tdk setuju. argumen yg di keluarkan -+ : jangan menghakimi, atau manusia tdk ada yg sempurna, atau jangan merasa kepahitan jadi menegur org lain. beda jaman,tapi tetap manusia tdk berubah,apa yg pro dunia tdk akan senang jika di tegur dgn nasihat dari Kristen.

Sering banyak orang gereja pakai jurus sakti, "JANGAN MENGHAKIMI", trus yang lain jadi bungkam walaupun melihat banyak kekacauan/ penyimpangan dilakukan orang2 yg menamakan dirinya "hamba Tuhan."

Jika ajarannya memang menyimpang siapapun dari saudara-saudara Kristen kita boleh mengungkapkan kebenarannya dan memberitahukan kepada saudara-saudaranya untuk menimbang kepercayaannya yang didasari secara emosional para jemaat yang mengidolakan pendeta tertentu. Karena ini adalah wujud dari "berhala baru". "Pendetamu jadi berhalamu", benarkah kalian melayani Tuhan (bukan pendeta), benarkah kalian mencari Tuhan (bukan pendeta)?.  Seseorang tak bisa memaksakan orang orang lain berpandangan sama untuk mengidolakan seorang pendeta yang dirasa paling hebat-pun kepada orang lain. Karena itu adalah aktivitas penyebaran "berhala".

Ada kalanya pandangan kami cukup "keras" dalam berdiskusi ada kalanya kita bisa santai banget dalam berdiskusi, namun "kerasnya" ini adalah untuk menguji suatu pengajaran yang menyimpang, bukan "menghakimi" tanpa dasar. Tidak harus suatu jemaat mengiyakan saja apa kata-kata pendeta di mimbar, pendeta juga manusia, sama seperti Anda dan saya. Setiap orang Kristen perlu menguji setiap ajaran-ajaran yang diterima dari pendetanya di mimbar, bukannya telen mentah mengiyakan saja, dan menjadi "beriman kepada pendeta tertentu". Maka  dari itu pembelajaran Alkitab secara pribadi di rumah itu perlu untuk cek dan ri-cek. Kasihan sekali orang-orang yang mengimani  "mimpi" pendeta, dan  lantas itu dianggap suatu kebenaran. Kita semua perlu menguji segala sesuatu.

'Menguji' suatu pengajaran bukan hal tabu, malah hal yang disarankan oleh Alkitab.

* I Tesalonika 5:21
Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.
Dimana ada yang bersikap "kritis", selalu ada yang pengen membungkam, ada kalanya  dengan memberi ayat, misalnya ayat2 ini :

*Matius 7:1
LAI TB, Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
TR, μη κρινετε ινα μη κριθητε
Translit, mê krinete hina mê krithête

* Lukas 6:37
LAI TB, Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
TR, και μη κρινετε και ου μη κριθητε μη καταδικαζετε και ου μη καταδικασθητε απολυετε και απολυθησεσθε
Translit, kai mê krinete kai ou mê krithête mê katadikazete kai ou mê katadikasthête apoluete kai apoluthêsesthe

Seolah Alkitabiah memang, tapi kan ayat tersebut ada konteksnya dan tidak bisa ditelen mentah2. Jangan menghakimi, titik!

Bandingkan dengan ayat ini :

* Yohanes 7:24
LAI TB, Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.
TR, μη κρινετε κατ οψιν αλλα την δικαιαν κρισιν κρινατε
Translit, mê krinete kat opsin alla tên dikaian krisin krinate

ayat ini sama dengan ayat dalam Matius 7:1 dan Lukas 6:37, memakai kata Yunani yang sama "κρινω - krinô".
Yohanes 7:24 memakai istilah "menghakimi" dalam konteks "membedakan yang benar dan yang salah". Maka, "menghakimi" tidak mutlak sebagi hal yang haram/ tidak boleh dilakukan.

Ayat dalam Matius 7:1 dan Lukas 6:37  tersebut juga dipakai sebagai jurus sakti "bagi yang tak mau dikritik" atau "yang takut mengkritik" plus ayat sakti lainnya, misalnya Mazmur  105:15 : "Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabi-Ku!" juga dipakai jurus sakti buat "Hamba Allah yang tak mau dikritik".

Tentu saja "penghakiman" itu hak Allah. Tetapi bukan berarti kita-kita yang mengetahui misalnya ada suatu "penyimpangan" maka kita "harus diam saja".

Rasul Paulus, ia juga mengkritisi (baca "menghakimi", "κρινω - krinô")  hal-hal yang menyimpang, misalnya terhadap para hamba-hamba Allah yang maruk duit dan "memperdagangkan" Firman Allah untuk kepentingan pribadi.

Rasul Yakobus juga sejalan dengan Rasul Paulus ini tidak hanya melihat sisi teologisnya saja ('Penghakiman adalah hak Allah') -- sehingga membiarkan penyimpangan yang dilakukan oleh sesama pekerja rohani --. Namun Para Rasul ini juga melihat sisi pastoral-nya. Bahwa terhadap penyimpangan-pengimpangan tersebut mereka terus  mengingatkan.
Hal itu bukanlah tindakan yang sia-sia. Rasul Yakobus mengungkapkan isi hatinya sebagai gembala jemaat dan mendorong semua orang Kristen untuk mengikuti jejaknya dan mengembalikan saudara-saudara seiman mereka dari jalan yang melenceng :

* Yakobus 5:19-20 Bawa kembali orang yang berbuat kesalahan
5:19 LAI TB, Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik,
5:20 LAI TB ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.

Jesus bless

KARAKTER PELAYANAN (15 HUKUM PELAYANAN)

1.    Pelayanan adalah sebuah tim, bukan berpusat pada seseorang (1 Kor 12:12-14)
•    Tim berisi kita dengan Roh Kudus
•    Pemimpin dan domba2 bersaksi, mengajar, berkotbah dan memuridkan bersama-sama
•    Pelayanan yang berhasil adalah mencetak pemimpin2 yang bergerak sesuai kehendak Tuhan dalam mereka. Mencetak generasi pemimpin bukan hanya pengikut visi, pelayanan memperlengkapi dan  melepas orang2 untuk melayani
2.    Tanpa visi, pelayanan akan hancur
•    Visi adalah gambar yang dihembuskan Roh Allah, yang ingin disketsa dan diberi warna oleh Allah sendiri.
•    Setelah mendapat visi, penting untuk mencatat visi itu (Habakuk 2:2-3)
•    Kenapa menulis visi? pikiran memiliki kecenderunagn mereka-reka visi, makin lama makin membingungkan, kedagingan memiliki kecenderungan mengubah visi yang asli sesuai keinginan dan kerinduan kita.
•    Visi bertumbuh, menjadi matang, berkembang dan menjadi baru. Jangan terpancang pada visi masa lampau ketika Allah bergerak mendahului kita ke masa depan yang Ia sediakan
•    Visi berbicara mengenai apa yang kita lihat, bukan apa yang kita lakukan. Melihat mendahului melakukan. “ lakukan apa yang sudah Ia tunjukkan !! “
•    Visi diberikan secara spesifik pada masing2  bidang pelayanan (Yoel 2:28)
3.    Pertumbuhan dalam pelayanan diukur melalui apa yang diberikan, bukan apa yang diperoleh
•    Fakta : penampilan dan hasil yang kelihatan lebih penting dari hadirat Allah dan aliran Roh-Nya
•    Pertumbuhan seseorang dalam pelayanan, dapat dilihat bagaimana dia memberi untuk Allah dalai segala hal
•    Pelayanan ada untuk melayani bukan dilayani
•    Pelayanan adalah karunia bukan milik. Setiap kita berada di bagiannya masing2, bersikap terlalu melindungi tanahnya, tidak mau fleksibel dengan pelayanan yang lain. Pelayanan adalah milik Allah bukan milik kita.

4.    Sebuah pelayanan ditetapkan oleh orang2 yang terlibat di dalamnya, bukan oleh program (Maz 107 :9)
•    Jangan berfokus pada program2 yang kelihatannya bagus tetapi tidak memberi makanan pada domba2, berusaha memuaskan nafsu makan domba2 tanpa memperdulikan kesehatan gizi mereka
•    Memenuhi kebutuhan jiwa2 untuk menyenangkan hati Allah dengan memberkati jiwa2 dan bukan mencoba menyenangkan hati manusia
•    Pelayanan dibangun berdasar ide Allah, bukian ide-ide yang baik
•    Cara efektif yang bisa dipakai Iblis adalah melakukan sesuatu yang baik melebihi ketaatan kepada Allah
•    Musuh dapat memakai kebijakan, aturan-aturan, formalitas untuk membuat pelayanan menjadi senjata yang menimbulkan perselisihan dan konflik.
•    Fakta: pertemuan2 untuk membahas kebijakan dapat merampas waktu untuk melayani
•    Firman Allah yang menetapkan langkah2 kita, harus lebih berkuasa dari kebijakan2 yang telah kita buat.
•    Tanda dari pelayanan sejati adalah kasih, bukan kekuasaan, keberhasilan atau besarnya pelayanan itu
•    Pelayanan mengijinkan program yang telah kehilangan efektivitasnya untuk mati dan digantikan dengan yang baru

5.    Pelayanan harus dapat menangani datangnya kemuliaan Allah dengan benar
•    Seringkali kita terbiasa dengan keadaan datangnya hadiratNya (manifestasi rohNya), tetapi tidak mendahulukan hubungan yang akrab dengan Roh Allah.
•    Adalah mungkin melakukan hal yang benar dengan cara yang salah (2 sam 6:6-7), betapapun baiknya motivasi hati kita, bila tidak dilakukan dengan cara Allah amak itu adalah cara yang salah
•    Pelayanan taat kepada kehendak Allah, dengan cara-Nya, dalai waktuNya untuk kemuliaan-Nya. Musuh dari kehendak Allah terjadi dalai cara dan waktuNya adalah ketidaksabaran yang angkuh
6.    Hati seorang pelayan Tuhan dalam pelayanan
•    Ruangan kelas yang terbaik dalam pelayanan adalah hati yang remuk. (Yer 18:3-4)
•    Hati yang remuk adalah uang kuliah yang dibayar orang2 untuk diperlengkapi, Allah hanya dapat memakai alat yang sudah remuk
•    Hati yang remuk bukan serangan musuh, tapi hasil Kristus membentuk kita untuk serupa gambarNya.
•    Hargai setiap alat yang dipakai Tuhan membentuk, meng-amplas kita.
•    Karakter pelayan yang benar, Ia harus semakin bertambah dan aku harus makin kecil (Yoh 3:30)
•    Motivasi hati yang benar akan menghasilkan hasil yang benar (I Sam 16:7-Tuhan melihat hati)
•    Integritas, kesetiaan dan kejujuran. Kesetiaan terhadap perkara kecil adalah tangga ke tingkat lebih tinggi kemanapun Allah memimpinmu
•    Kotbah terbaik dari seseorang adalah ketika kotbah itu dipraktekkan bukan dikotbahkan
•    Standar pelayanan adalah kekudusan (Imamat 11:44-45)
•    Menjadi beda dengan dunia, (2 Kor 2:15)

7.    Kesombongan adalah penghancur pelayanan (Amsal 16:18-19)
•    Kesombongan muncul saat kita lebih mempercayai sanjungan orang lain daripada mendengar teguran dan koreksi Roh Kudus.
•    Kesombongan menghitung keberhasilan dari pelayanan berdasar yang terlihat, bukan berdasar pada  jiwa2 yang diselamatkan.
•    Hal2 yang memicu kesombongan: sikap menyendiri, superioritas, tidak berdoa, kedangkalan dengan Allah dan keras hati
•    Promosi berasal dari Allah, bukan dari manusia atau diri sendiri (Yoh 15:16)
•    Posisi, promosi mengikuti dan tidak pernah mendahului keringat, ketekunan, aniaya, dan kesabaran (Matius 25:23)

8.    Allah adalah satu2nya sumber pelayanan (Wahyu 2:4)
•    Pelayanan menjadi berhala, bekerja keras untuk menyenangkan orgasnisasi dan pelayanan karena organisasi/pelayanan memberikan sesuatu pada kita
•    Pelayanan harus berdasar pada kerinduan hati Allah. Terus menerus lapar dan haus akan Dia
•    Cara tetap berhubungan dengan Sumber itu: DISIPLIN ROHANI
•    Tanpa hati yang murni, orang melayani pelayanan, bukan Tuhan. Melayani pelayanan menghasilkan lebih banyak pelayanan, program, institusi dan bukan memperlengkapi orang2 dengan lebih baik supaya diutus untuk melayani
•    Sasaran pelayanan adalah menjadi seperti Yesus bukan seperti pelayanan lainnya (1 Kor 3:4-7)
•    Kuasa dalam pelayanan diberikan oleh Roh Kudus, bukan kekuatan daging

9.    Pelayanan akan memandang kepada jiwa2 (Matius 25:37-40)
•    Menemukan hati yang luka, menyembuhkannya, menemukan kebutuhan jiwa2 dan memenuhinya (Matius 9:12)
•    Jangan puas hanya  mengobati gejala penyakit dosa jiwa2 dan bukan akarnya
•    Pelayanan mengasihi jiwa2 dan memanfaatkan sarana, bukan mencintai sarana dan memanfaatkan manusia 
•    Pelayanan menolak untuk mendominasi, memanipulasi, atau mengintimsi orang (Filipi 2:3)

10.    Pelayanan bersifat proaktif bukan reaktif
•    Jangan selalu terpancang oleh setiap perkataan orang lain. Bersikap cerdik seperti ular, tetapi tulus seperti merpati
•    Sikap proaktif membutuhkan pandangan yang jauh ke depan. Menghabiskan waktu bersama Tuhan
•    Pelayanan yang bersifat proaktif melihat yang tidak kelihatan dan bukan berfokus pada yang kelihatan.
•    Pandang Kristus, lihat tanda-tanda petunjuk jalan, antisipasi masalah. mempersiapkan, merencanakan dan  berhasil.

11.    Pelayanan dimotivasi oleh panggilan dan bukan beban
•    Banyak pelayan yang tidak menyelesaikan panggilannya karena beban yang berat dan luka2 batin
•    Jangan memandang pada persaingan pelayanan, tetapi tetaplah berdiri dalam panggilan Allah dan serahkan beban kepadaNya
•    Pelayanan merupakan sukacita bukan PEKERJAAN

12.    Pelayanan memiliki resiko (2 Kor 12:10)- harga yang harus dibayar
•    Pertimbangkan segala sesuatu dari semua sisi sebelum melakukan sesuatu
•    Masa depan sebuah pelayanan tergantung pada apa yang ditabur sekarang ini
•    Tanpa kerajinan, pelayanan akan goncang, tetapi tanpa istirahat, pelayanan akan menjadi jenuh

13.     Pengetahuan dan pengalaman hanyalah alat di tangan orang yang berhikmat yang saleh.
•    Pengetahuan, dari buku2, hamba Tuhan, tidak boleh diremehkan tetapi tidak boleh dinilai terlalu tinggi.
•    Pengetahuan tidak pernah membawa keintiman yang sejati dengan Allah (Yak 4:8)
•    Pengalaman akan membuat kita belajar dari kesalahan, percobaan, keberhasilan dan mengkomunikasikan pengalaman itu dengan orang lain.
•    Pengalaman dan pengetahuan manusia tanpa hikmat akan menjadi benteng (2 Kor 10:4-5, Amsal 2:6-7)

14.    Tanpa doa, pelayanan tidak dapat melakukan apapun juga
•    Inti dari pelayanan tanpa kuasa adalah tidak adanya doa
•    Jangan pernah memulai suatu pelayanan tanpa berdoa, doa: bahasa keintiman rohani

15.    Tanpa kesatuan, pelayanan akan hancur  (Maz 133)
•    Dalam kesatuan, ada minyak urapan yang baru dan berkat
•    Cara membangun kesatuan: dengan Firman Allah dan doa
•    Jangan terintimasi jika anda tidak dapat bersatu dengan orang2 tertentu, yang memang mereka tidak berdasar pada Firman
•    Perlengkapan yang terbaik untuk mempertahankan hidup dalam pelayanan adalah komunitas yang terikat janji

Mengapa Menjaga Keperawanan itu penting ?


APAKAH kamu masih perawan?” Pertanyaan seperti itu bisa membuatmu kecut! Ya, di banyak tempat, anak muda yang masih perawan mungkin dianggap aneh. Tidak heran, begitu banyak anak muda berhubungan seks sejak remaja!Jika kamu seorang Kristen, kamu tahu bahwa Alkitab memerintahkanmu untuk ”menjauhkan diri dari percabulan”. (1 Tesalonika 4:3) Namun, kamu mungkin merasa sulit mengendalikan gejolak seksualmu. ”Kadang, pikiran tentang seks tahu-tahu muncul tanpa sebab atau alasan yang jelas,” demikian pengakuan seorang pemuda bernama Paul. Yakinlah, perasaan seperti itu normal.
Namun, menjadi korban ejekan dan pelecehan yang tak henti-hentinya karena masih perawan sama sekali tidak menyenangkan! Misalnya, bagaimana jika teman-temanmu mengatakan bahwa kamu bukan pria atau wanita sejati kalau belum pernah berhubungan seks? ”Teman-teman menceritakan seolah-olah seks itu asyik dan wajar,” kata Ellen. (nama samaran).”Kalau belum pernah tidur dengan siapa-siapa, kita dianggap aneh.”
Tetapi, ada sisi seks pranikah yang mungkin tidak diceritakan teman-temanmu. Misalnya, Maria, yang berhubungan seks dengan pacarnya, mengingat, ”Sesudahnya, aku merasa malu dan hina. Aku benci diriku sendiri dan aku benci pacarku.” Pengalaman seperti itu lebih umum daripada yang disadari kebanyakan anak muda. Kenyataannya, seks pranikah sering kali adalah pengalaman yang menyakitkan secara emosi—dengan akibat-akibat yang buruk!
Akan tetapi, seorang remaja bernama Sinta bertanya, ”Mengapa Allah memberi kaum muda hasrat seksual, padahal Dia tahu bahwa mereka baru boleh menyalurkannya setelah menikah?” Itu pertanyaan yang bagus. Tetapi, pikirkan hal berikut ini:
Apakah dorongan seksual satu-satunya perasaan kuat yang kamu miliki? Sama sekali tidak. Allah menciptakan kamu dengan kesanggupan untuk merasakan berbagai keinginan dan emosi.
Apakah kamu harus menyalurkan setiap gejolak yang timbul dalam dirimu? Tidak, karena Allah juga memberimu kesanggupan untuk mengendalikan tindakanmu.
Kalau begitu, apa pelajarannya? Kamu mungkin tidak bisa mencegah munculnya suatu hasrat, tetapi kamu bisa mengendalikan reaksimu. Ya, melampiaskan setiap dorongan seksual itu sama salah dan bodohnya dengan memukul seseorang setiap kali kamu marah.
Faktanya, Allah tidak pernah bermaksud agar kita menyalahgunakan kemampuan kita untuk memiliki keturunan. Sebagaimana ada ”waktu untuk mengasihi dan waktu untuk membenci”, ada waktu untuk menyalurkan dorongan seksual dan ada waktu untuk menahan diri. (Pengkhotbah 3:1-8) Yang terpenting, kamu-lah yang memegang kendali atas hasrat-hasratmu!
Namun, apa yang bisa kamu lakukan jika seseorang mengejekmu, mengatakan dengan nada tidak percaya, ”Apa benar kamu masih perawan?” Jangan terintimidasi. Kalau orang itu hanya mau menjatuhkan kamu, kamu bisa mengatakan, ”Ya, betul, dan tahu tidak? Aku senang aku masih perawan!” Atau, kamu bisa bilang, ”Itu soal pribadi, aku tidak membicarakannya dengan orang lain.” (Amsal 26:4; Kolose 4:6) Di pihak lain, kamu mungkin merasa bahwa orang yang bertanya itu perlu mendapat lebih banyak informasi. Kalau begitu, kamu mungkin ingin menjelaskan pendirianmu yang berdasarkan Alkitab.
Bagaimana perasaan Allah ketika seseorang memutuskan untuk berhubungan seks sebelum menikah? Nah, bayangkan jika kamu membeli hadiah untuk seorang teman. Tetapi, sebelum kamu bisa memberikannya kepada temanmu itu, dia—hanya karena ingin tahu—membukanya! Tidakkah kamu akan kesal? Sekarang, bayangkan bagaimana perasaan Allah jika kamu melakukan seks pranikah. Ia ingin agar kamu menunggu sampai menikah baru menikmati hadiah berupa hubungan seks.—Kejadian 1:28.
Apa yang harus kamu lakukan dengan dorongan seksualmu? Singkatnya, belajarlah mengendalikannya. Kamu punya kekuatan untuk mengendalikannya! Berdoalah memohon bantuan Allah. Roh Kudus-Nya dapat menambah kesanggupanmu untuk mengendalikan diri. (Galatia 5:22, 23) Ingatlah, Allah ”tidak akan menahan sesuatu yang baik dari orang-orang yang berjalan tanpa cela”. (Mazmur 84:12) Remaja bernama Gordon berkata, ”Setiap kali terlintas dalam benakku bahwa seks pranikah sebenarnya tidak apa-apa, aku memikirkan akibat rohaninya yang buruk dan menyadari bahwa tidak ada dosa yang senilai dengan hilangnya hubunganku dengan Allah.”
Faktanya, keperawanan itu tidak aneh atau abnormal. Justru seks yang amoral-lah yang merendahkan martabat, memalukan, dan menyakitkan. Jadi, jangan biarkan propaganda dunia ini memperdaya kamu untuk berpikir bahwa ada yang salah dengan dirimu jika kamu berpegang pada standar Alkitab. Dengan mempertahankan keperawananmu, kamu menjaga kesehatanmu, kesejahteraan emosimu, dan—yang terpenting—hubunganmu dengan Allah.

Kamis, 04 Agustus 2011

Bagaimana Kita Tahu Mana Cinta Sejati & Mana Yang Bukan?

1. Cinta sejati tidak sama dengan nafsu
Cinta dan nafsu sering kali membingungkan kita. Sebenernya, kebanyakan tema film, lagu, novel bukanlah tentang cinta, melainkan nafsu. Bagaimana membedakanya?
cinta tahan uji, … nafsu mudah luntur …
cinta menghargai … nafsu memanfaatkan …
Daya tarik fisik sering kali menjadi satu sinyal awal dari tumbuhnya Cinta sejati, tapi itu belum jadi cinta sejati.

2. Cinta tidak sama dengan keromantisan
Perasaan romantis memang luar biasa dalam hubungan dekat antara pria dan wanita. Tuhan memang merancang agar kita mengalami perasaan seperti ini dalam hubungan istimewa dengan lawan jenis. Namun gairah dan kehangatan romansa tidak dapat disamakan dengan cinta. Keromantisan merupakan suatu perasaan; sedangkan cinta sejati masih memiliki makna yang jauh lebih dalam lagi.

3. Cinta sejati tidak sama dengan tergila-gila
Perasaan tergila-gila adalah daya tarik dan gairah yang kuat dalam diri seseorang terhadap lawan jenisnya. Kamu akan memikirkan dia siang dan malam. Pikiranmu tersita oleh orang itu sehingga kau tidak dapat berkonsentrasi pada hal yang lain. Kata lain dari persaan tergila-gila ialah puppy love atau cinta monyet. Jatuh cinta atau cinta pandangan pertama biasanya mereka berbicara ttg perasaan tergila-gila…

4. Cinta sejati tidak sama dengan seks
Cinta merupakan proses ; seks merupakan suatu tindakan. Cinta bisa dipelajari; seks merupakan naluri. Cinta membutuhkan perhatian terus menerus; seks tidak perlu seperti itu. Cinta membutuhkan waktu untuk berkembang dan menjadi dewasa; seks tidak perlu waktu untuk berkembang. Cinta membutuhkan interaksi emosional dan rohani; seks hanya membutuhkan interaksi fisik. Cinta membuat hubungan makin dalam; seks tanpa cinta membuat hubungan jadi renggang.

Pada dasarnya ada tiga perilaku dalam membina hubungan dengan orang lain, yang seringkali disebut “Cinta”.

1. “aku mencintaimu jika…”
Cinta bersyarat, ‘cinta jika’, ialah cinta yg mengajukan persyaratan. cinta semacam ini diberikan atau diterima jika persyaratan tertentu dipenuhi, contoh aku mencintaimu jika kau mau berhubungan seks denganku sekali saja… ‘cinta jika’ selalu mengikat. Selama syarat terpenuhi, hubungan itu baik-baik saja. Namun saat persyaratan itu tak terpenuhi, cinta itu pun pupus. Banyak perkimpoian kandas karena dibangun berdasarkan ‘cinta jika’. ‘Cinta jika’ bukan cinta sejati. jika kau berhubungan dengan seseorang dan merasa harus melakukan sesuatu dulu untuk mendapatkan cinta, berarti hubungan yg kau miliki bukan didasarkan pada cinta sejati.

2. “aku mencintaimu karena…”
Seseorang mencintai orang lain karena sesuatu yang dimiliki atau dilakukan orang itu. Contoh, aku mencintaimu karena kamu cantik, baik, dsb. Kedengerannya cinta karena cukup bagus hampir semua orang suka dicintai krn pribadi mereka atau apa yg mereka lakukan. ‘Cinta karena’ bukanlah cinta sejati. Kamu mungkin merasa tertarik kepada seseorang karena kepribadiannya, kedudukannya, kecerdasannya, keterampilannya, dsb. Namun, jika dasar cintamu tidak lebih dalam dari apa yang sekadar terlihat yang dimiliki atau dilakukan seseorang, maka cinta itu tidak akan bertahan lama.

3. Cinta titik
Jenis cinta ketiga adalah cinta tanpa syarat. Jenis ini mengatakan aku mencintaimu meski kau akan mengalami banyak perubahan. Tak ada sesuatupun yang dapat kau buat untuk memadamkan cintaku. ‘Cinta titik’ bukan cinta buta. Cinta jenis ini dapat dan benar-benar mengenal secara mendalam orang yang dicintainya. Cinta ini menyadari kemungkinan terjadinya kegagalan, kekurangan dan kesalahan orang itu. Tak ada cara untuk mengusahakan cinta jenis ini, tapi sebaliknya kau juga tidak dapat kehilangan cinta yg seperti ini. ‘Cinta titik’ berbeda dari ‘cinta jika’ karena cinta ini tidak perlu memenuhi syarat tertentu sebelum diberikan. Juga berbeda dengan ‘cinta karena’ sebab tidak ditentukan oleh menarik tidaknya si dia atau nilai-nilai yang disukai oleh pihak lain.
Nafsu, keromantisan, perasaan tergila-gila, seks, ‘cinta jika’, dan ‘cinta karena’ sama-sama ingin mendapatkan sesuatu dari orang lain, sebaliknya cinta sejati suka memberi kepada orang lain.

Akibat Dosa Dalam Berpacaran.....

Oleh: Pdt. Dr. Jonathan A. Trisna, M.Psi.

Persetubuhan pertama yang disertai dengan perasaan berdosa ini biasanya sangat mengecewakan. Mungkin mereka melakukannya dengan tidak bebas, takut dilihat orang, dan disertai dengan rasa bersalah. Semestinya hubungan seks itu dilakukan dengan santai untuk dinikmati, karena seks adalah ciptaan Allah yang harus dilakukan dengan kesucian dan kemurnian hati.

Ada 2 akibat dari dosa tersebut, yaitu:

A. Akibat Langsung bagi si Gadis
Peristiwa pertama disertai dengan rasa sakit, bukan hanya takut, cemas, atau rasa berdosa. Bagi seorang istri yang ingin sungguh-sungguh menikmati seks, biasanya ada waktu untuk penyesuaian. Si Gadis yang kini sudah tidak perawan lagi itu pulang dengan rasa takut, cemas, mungkin menangis dan mulai membenci pacarnya. Sebelumnya, pacarnya dianggap sebagai pria idamannya, namun sekarang semua telah berubah. Gambaran di atas menggambarkan perubahan perasaannya. Sebelum dosa persetubuhan dilakukan, ia sangat mencintai pacarnya - meskipun sebagian besar dengan cinta eros. Setelah perbuatan dosa itu, cintanya berkurang - bahkan mulai membenci - atau menjadi lebih banyak bencinya daripada cinta yang semula.
Apa yang digambarkan di novel-novel murahan dan tidak realistis itu justru menceritakan cintanya pada pacarnya akan menjadi menggebu-gebu. Perubahan ini juga bisa dialami oleh pria. Alkitab sebagai buku yang realistis menggambarkan hal ini juga (tidak berarti si Pria meninggalkan si Gadis karena muak dan benci, karena hal itu mutlak akan terjadi). Ada di dalam kitab 2 Samuel 13:1-17.


B. Akibat Jangka Panjang

Ada dua kemungkinan kelanjutan dari perbuatan dosa itu, yaitu:

1. Hubungan mereka putus.
Karena kehilangan penghargaan dan timbul kebencian terhadap pacar, kemungkinan hubungan mereka akan putus. Kemungkinan ini lebih besar lagi apabila mereka masih remaja. Lalu, jika hubungan itu putus, siapa yang akan rugi besar? Tentunya si Gadis. Dan si Pria merasa untung, pergi tertawa dan bersiul-siul mencari teman baru. Kalaupun ia menyesal dan tidak tertawa-tawa, tidak ada 'bekas' padanya secara fisik yang merugikan hubungannya dengan teman wanitanya yang lain.

2. Hubungan yang dilanjutkan sampai menikah.
Perbuatan dosa pada masa lalu ini akan sangat merugikan si Gadis dan hubungannya dengan pria lain di masa nanti. Maka timbullah pertanyaan, "Apakah ia harus memberitahu kepada calon suaminya?" Memang pada abad ke-20 ini, pria-pria kita masih mengikuti standar ganda masyarakat. Harga diri pria memang rapuh, mudah retak. Ia perlu yang terbaik. Pikirannya kelak akan dihantui bahwa istrinya 'bekas' orang lain. Memang agak kekanak-kanakkan, tapi banyak pria yang tidak dapat melupakan hal itu.

Sungguh-sungguh memerlukan seorang yang benar-benar dewasa kepribadiannya untuk mengatasi shock dan kecewanya. Perlu juga pria yang rela mengampuni dan dapat melupakan masa lalu tunangannya. Jika sang Pria, tidak dengan kedewasaan Kristus, menerima si gadis 'bekas' namun tetap memaksakan diri untuk menikahinya (entah karena ia cantik, kaya, penting untuk karirnya, atau gengsi - 'Bukankah saya orang Kristen, jadi harus menerimanya?'), akibatnya akan tampak setelah mereka menikah. Ia tidak akan menghargai dan memiliki respek terhadap istrinya. Ia akan menggunakan masa lampau istrinya sebagai senjata untuk 'mengalahkan' istrinya.
Lebih baik tidak usah menikah, daripada menikah tapi tidak dihargai. Pernikahan seperti ini kemungkinan besar akan diracuni oleh perbuatan dosa masa lalu itu. Akibatnya mereka tidak saling mempercayai secara penuh dan ada rasa cemburu. Apabila mereka bertengkar, dosa masa lampau itu juga akan mewarnai dan mempertajam perselisihan itu.

Dalam situasi pernikahan yang parah seperti ini, mereka sangat memerlukan konseling yang dalam. Mereka patut meminta ampun untuk dosa-dosa mereka kepada ALLAH dan pada partnernya. Mereka perlu saling mengampuni, melupakan dosa itu dan menerimanya partnernya sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan kasih Ilahi yang dewasa. Tentunya tidak semua pernikahan yang dimulai dengan dosa persetubuhan sebelum menikah berakhir seperti ini, tapi sangat lebih baik mencegah hal-hal tersebut di atas, supaya muda-mudi itu memasuki pernikahan dengan hati yang cerah dan kasih yang tidak dicemari ketidakpercayaan dan perasaan suci.

19 Tips Berumah Tangga

Berikut tips2 yang sangat baik bagi kehidupan berumah tangga:

1. KETIKA AKAN MENIKAH
Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita Jangan lah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.

2. KETIKA MELAMAR
Anda bukan sedang meminta kepada orangtua/wali si gadis, tetapi meminta kepada TUHAN melalui orang tua/wali sigadis.

3. KETIKA AKAD NIKAH
Anda berdua bukan menikah di hadapan negara, tetapi menikah di hadapan TUHAN

4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN
Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoakan anda, karena anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berfikir untuk BERCERAI karena menyia-nyiakan doa mereka.

5. SEJAK MALAM PERTAMA
Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.!

6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA
Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga, tetapi juga semak belukar yg penuh onak dan duri.

7. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG
Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan

8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK.
Cintailah isteri atau suami anda 100%

9. KETIKA TELAH MEMIKI ANAK.
Jangan bagi cinta anda kepada (suami) isteri dan anak anda, tetapi cintailah isteri atau suami anda100% dan cintai anak-anak anda masing-masing 100%.

10.KETIKA EKONOMI KELUARGA BELUM MEMBAIK.
Yakinlah bahwa pintu rezeki / berkat akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami dan isteri

11.KETIKA EKONOMI MEMBAIK
Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita

12.KETIKA ANDA ADALAH SUAMI
Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila isteri membutuhkan pertolongan Anda.

13.KETIKA ANDA ADALAH ISTERI
Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan.

14.KETIKA MENDIDIK ANAK
Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak ..

15.KETIKA ANAK BERMASALAH
Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orangtua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.

16.KETIKA ADA PIL.
Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.

17.KETIKA ADA WIL
Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.

18.KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA
Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju potret keluarga bahagia.

19.KETIKA INGIN LANGGENG DAN HARMONIS
Gunakanlah formula 7 K:
1 Ketakwaan
2 Kasih sayang
3 Kesetiaan
4 Komunikasi dialogis
5 Keterbukaan
6 Kejujuran
7 Kesabaran
Jesus Bless u.....

7 Alasan Mengapa Wanita Harus Menjaga Keperawanan sampai Menikah…


Kenapa wanita harus tetap perawan sampai menikah? Untuk pertanyaan ini sepertinya banyak sekali jawaban yang dapat diberikan, semua tergantung atau kembali kepada individu masing-masing. Beberapa alasannya bisa seperti di bawah ini.


1. Sex Pra Nikah menyebabkan kamu akan dihantui perasaan bersalah
Sekali kamu melakukannya dan meskipun mungkin tidak ada seorangpun yang tahu, rasa bersalah akan selalu menghantui. Bahkan bisa jadi kamu akan menjadi benci pada dirimu sendiri karena tidak bisa menolak tekanan untuk melakukan hubungan sex. Perasaan seperti ini memang tidak mendominasi, tapi biasanya akan selalu muncul setiap waktu dan akan selalu menjadi bagian darimu.

2. Karena kamu bisa menjadi “sexual person“ dan segala sesuatunya tidak akan pernah lagi sama seperti semula
Seperti kalau pernah mencoba sesuatu benda additif lainnya, maka ada saatnya rasa kepingin atau ketagihan akan datang. Akibatnya, pikiran akan dipenuhi dengan sex dan menggangu konsentrasi untuk hal lainnya.
Dengan kata lain : dewasa sebelum waktunya.

 3. Sex Pra Nikah akan mengubah cara pandangmu tentang sex – selamanya
Sex seharusnya sesuatu yang sakral dan menjadi sangat indah jika dilakukan oleh pasangan suami istri. Tapi jika dilakukan sebelum menikah, maka bisa jadi sex berubah menjadi sebagai suatu yang “kotor” dan terlarang. Cara pandang ini bisa terus tertanam di benak kamu, bahkan setelah kamu menikah nantinya. Sayang kan ?

4. Kamu akan sulit lepas dari “the first one”
Biasanya cewek merasakan ikatan yang sulit dilepas dengan cowok yang telah dia berikan virginitasnya. Ini tidak ada hubungan dengan ketakutan kalau-kalau tidak ada cowok lain yang akan menerima dia sesudah tidak virgin. Ini masalah psikologis. Padahal, cowok belum tentu merasakan hal yang sama.

5. Karena hubungan pacaran kamu bisa berubah menjadi “all about sex“
Pasangan pranikah yang telah melakukan hubungan sex biasanya akan selalu mempunyai hidden agenda. Kapan dan dimana akan melakukannya…. Tidak jarang karena jadwal rahasia ini mereka harus berbohong, kepada siapa saja. Bentuk-bentuk perhatian akan menjadi bias. Apakah benar-benar tulus atau karena cuma sex. Bahkan terkadang sedang berantem hebat pun akan langsung baikan cuma gara-gara sex, dan melupakan masalah sesungguhnya.

6. Sex Pra Nikah, maka kamu tidak akan pernah menikmati surganya bulan madu
Karena sudah biasa melakukan hubungan sex pra nikah, maka bulan madu yang mestinya asyik dan romantis, bakal jadi seperti liburan biasa. Tidak akan pernah ada sesuatu yang berkesan untuk seumur hidupmu.

7. Karena kamu bisa menjaga reputasi dan tidak mau “nyesel” di kemudian hari
Hampir bisa dipastikan, teman-temannya akan tahu jika seorang cowok telah melakukan hubungan sex dengan pacarnya. Jadi ini merupakan rahasia………….umum.